Koi Nante Vol 2 Chapter 5 Part 2

3 komentar

 

Kemudian Yasuki mlihat lagi ke sekitar arena kebun dimana teman-teman sekelasnya berkumpul, sedikit jauh.

Sebenarnya, aku selalu memperhatikan Kitaoka sejak pagi ini. Tapi selalu saja ada orang disekitarnya, seorang gadis dari kelas atau seseorang yang tampaknya menjadi temannya, dan dia gak pernah sendirian. Dia bukan anggota klub mana pun, tapi dia rupanya punya banyak kenalan.

Sekarang saat aku mencarinya, dia akhirnya sendirian.

Dia duduk di tempat yang teduh, bermain-main dengan ponsel kesayangannya sambil memegang seikat bunga.

[Berbicaralah dengannya]

Kata-kata Kimura datang dan berlalu di kepalaku. Sebenarnya, aku selali ingin menanyakannya langsung padanya. Aku gak bakalan bisa melihatnya setelah lulus. Hari ini adalah kesempatanku.

Tapi apa yang harus aku katakan padanya sekarang? Saat aku sedang bingung memikirkannya.

“Aah, ketemu!”

Anak laki-laki yang tampaknya seorang kouhai berlalu melewatiku saat aku merenung.

Dia langsung menuju tempat dimana teman sekelasku berkumpul, dan dia mengobrol langsung ke gadis yang aku perhatikan dari tadi.

(Aa…)

Laki-laki di depann Kitaoka adalah seorang laki-laki dengan tubuh kurus dan penampilan yang segar. Dia memiliki senyum lembut dan sepertinya disukai perempuan, meskipun tidak sebanyak Kimura.

Dengan kamera digital di tangannya, dia mulai mengobrol dengan Kitaoka. Rupanya dia ingin mengambil foto bersama dengannya.

pria tampan dan gadis cantik, seperti pada gambar. Kitaoka menangapi dengan senyum malu, seolah-olah bukannya dia tidak senang.

Setelah mengambil foto, mereka masih mengobrol secara langsung, Kitaoka diberi hadiah olehnya. Dan setelah itu kouhai lainnya, anak laki-laki di tahun yang sama dan bahkan gadis lainnya yang melihat ini, segera meminta untuk berfoto dengannya. Dan akhrnya dia sekali lagi dikelilingin banyak orang. Di tengah kerumunan itu, dia memgang ijazahnya tampak berseri-seri dan anggun.

Ahh, ya, aku menyadarinya lagi dan rasanya sulit mengambil nafas. Dia adalah bunga indah yang memancarkan aroma manis. Aku hanyalah salah satu serangga yang mengerumuninya. Tidak ada racun untuk mengendalikan, dan tak ada jarum untuk menusuk. Kau hanya bisa terbang disekitaqrnya, dan mati tanpa menemukan nektar.

(… ini bukan tempatku)
[kouhai anying]

Aku sudah gila hanya karena Kimura menyuruhku. Lagipula, dia gak peduli denganku. Dia hanya sedih sekarang, dan aku yakin banyak orang yang bisa mengisi kekosongan hatinya, meski bukan aku. Aku telah melalui banyak rasa sakit. Aku pikir aku seharusnya sudah memutuskan sehari sebelum musim dingin untuk tidak akan pernah terlibat lagi dengannya.

Di tengah angin kencang bertiup, aku tak sengaja mendengan suara kencang di telingaku.

“Kami ingin mengucapkan selamat kepada para senpai kita atas masa depan cemerlang mereka dan hari-hari yang telah dihabiskan bersama kami—”

Sebuah regu sorak yang terdiri dari siswa saat ini memberikan sorakan. Begitu pesan semangat itu selesai, para siswa berhamburan pergi ke tempatnya masing-masing, ada yang langsung pulang, ada yang tinggal.

Yasuki meninggalkan gerbang sekolah bersama anggota Kyouchiken. Seolah-olah dia telah memutuskan untuk pergi, dia tak melihat kebelakang dengan penyesalan..

Setelah itu, kami semua pergi ke restoran okonomiyaki terdekat. Ketua klub saat ini, telah mempersiapakan reservasi, sehingga sepuluh atau lebih anggota klub dapat masuk ke ruang tatami.

Siswa dari lingkungan sekitar, yang tampaknya baru saja menyelesaikan upacara kelulusan mereka juga berkumpul di meja sebelah, dan restoran yang luas dengan cepat dipenuhi oleh siswa SMA.

Segera setelah pesanan ku disajikan, ketua saat ini yang duduk di sebelah ku, mengangkat satu topik dengan nada yang santai.

Setelah itu, kami semua pergi ke restoran okonomiyaki terdekat. Ketua klub saat ini, telah mempersiapakan reservasi, sehingga sepuluh atau lebih anggota klub dapat masuk ke ruang tatami.

Siswa dari lingkungan sekitar, yang tampaknya baru saja menyelesaikan upacara kelulusan mereka juga berkumpul di meja sebelah, dan restoran yang luas dengan cepat dipenuhi oleh siswa SMA.

Segera setelah pesanan ku disajikan, ketua saat ini yang duduk di sebelah ku, mengangkat satu topik dengan nada yang santai.

“Ini mungkin tiba-tiba tapi senpai, bagaimana ujianmu?”

Tamura yang duduk di seberang menjawab sambil memasak cumi dan udang dari "Mochi Kaisen Special"

"Er... sepertinya aku sedikit ceroboh di periode pertama sebelumnya. Mungkin Shiritsu (private)"

Gadis di kelas tiga lainnya yang lebih seperti ghost member di klub juga mengangguk, "Aku juga". Tamura juga begitu dan membalik udang.

"Aku sudah mendaftar untuk periode selanjutnya, tapi... apa aku bisa lulus ya"

Yasuki yang lapar melihat situasi dari samping dan meraih monhayaki yang dipesan semua orang. Dia menggunakan spatula kecil (Namanya Hagashi) untuk menekan bahan-bahannya, saat sudah matang, dia membawanya ke mulutnya. Kemudian, tanpa disadari dia merasakan sensasi terbakar di lidahnya.

‘Panas!”

Aku panik dan menutup mulutku. Kemudian ketua klub yang sedang berbicara dengan Tamura dan yang lainnya menatapku dengan terkejut.

"... Iijima-senpai tolong biarkan monjanya mendingin sebelum dimakan."

Ya aku tahu. Aku gak tahu mengapa, aku sedikit bingung.

Eiko Tanaka datang membawa minuman dingin full dengan es kepada Yasuki.

"Kamu main langsung saja—”

Dia tertawa kecil dan menyerahkan gelasnya kepadaku.

.... Aku ingin tahu apa Tanaka akan melaporkan hal seperti ini ke Nakajo setiap saat.

Aku merasa malu bahkan setelah cukup lama, dan wajah ku terbakar meskipun tidak terlalu panas.

Party berjalan dengan santai seperti biasa di Kyouchiken, dan bubar di seore hari tanpa ada air mata yang terlihat.

Siswa kelas satu dan dua akan pergi keluar untuk bermain, tapi aku akhir-akhir ini sudah menghabiskan banyak uang jadi langsung pulang aja, seperti dua lainnya yang masih menggantungkan harapan mereka di ujian paruh kedua.

Aku dan Tamura pergi ke stasiun lokal. Karena kami berjalan ke stasiun hari ini, kami menuju ke arah yang sama sampai setengah jalan.

Angin diluar sangat kencang. Tamura bilang, "Ini hari yang indah" dan mulai memotret pemandangan dengan kamera ponselnya. Yasuki tiba-tiba memotong dengan, "Ahh itu" kepada tamura.

“Nani?” Tamura bebalik.

“Begini, Aku sudah membeli ponsel di hari yang lalu.”

 Kepadaku, Tamura tertawa kecil.

"Ho, aku lihat moderenisasi sudah sampai ke Messi."

Dia bilang begitu dengan nada mengejek.

“Jadi kapan itu?”

“Sebenarnya saat akhir tahun, tapi… kau tahu kan ada rumor yang beredar? Jadi aku gak bisa membawanya ke sekolah dulu.”

“Oh begitu,” ucap Tamura mengangguk.

Satu-satunya orang lain yang ku kenal dan telah kuberitahu tentang ini adalah Katsuya, tapi Tamura sudah sangat membantu ku dan telah memberi ku dukungan emosional selama masa-masa sulit. Dia juga gadis yang "soft-spoken", tapi pada akhirnya aku merahasiakannya darinya, dan seharusnya dia bisa dipercaya.

Jadi jika ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya, aku akan melakukannya. Untuk alasan itu, aku pikir itu ide yang bagus dengan memberinya kontakku. Aku memutuskan untuk memberitahunya

Tamura mengambil smartphone-nya dan bertanya.

“Kamu sudah punya sekarang?”

“Ya sudah”

“Kalau gitu kasih tahu Id Line mu”

“Oke, tunggu sebentar.”

Saat aku bilang begitu, aku juga merogoh saku celana ku dan mengeluarkan sesuatu yang aku sembunyikan.

Ketika Yasuki mengoperasikan perangkat dengan tangan ku yang belum terbiasa, Tamura menunjuk ke kaki ku dan bergumam.

Sesuatu telah jatuh.

“Apa?"

Pada saat itu, angin yang sangat kuat bertiup, dan benda yang seharusnya jatuh dengan lembut menyambar di depan ku dan terbang.

Itu adalah selembar kertas putih kecil. Mungkinkah itu...

(itu .......)

Aku secara refleks meraihnya, tapi aku tidak bisa meraihnya. Sementara itu, selembar kertas tersedot ke langit dan menghilang dari pandangan.

Menatap ke langit dengan cemas, aku memasukkan tanganku ke dalam saku lagi. Seperti yang kupikirkan, kuitansi yang diberikan Kimura padaku pagi itu telah hilang. Itu jatuh dengan smartphone ku ketika aku mengeluarkannya, dan aku bahkan tidak dapat menemukannya saat dibawa angin. Itu adalah utas terakhir yang menghubungkan Kitaoka denganku. Bahkan benang tipis itu baru saja dipotong... (istilah yang menghubungkan sesuatu)

"Kenapa?"

Suara Tamura membawa ku ke kenyataan.

"Tidak, bukan apa-apa."

Tidak apa-apa, aku bilang begitu pada diriku sendiri. Aku gagal memenuhi harapan Kimura, tapi itu benar-benar tidak bisa dihindari, dan aku sejak awal tidak berjanji untuk menghubunginya.

Aku tidak mengucapkan selamat tinggal bahkan di hatiku. Ini bukanlah akhir. Ini bahkan belum mulai.

Aku mungkin terjebak dengan Kitaoka untuk sementara waktu. Tapi di lingkungan yang baru, sentimentalitas ini akan secara bertahap akan memudar dalam hirup puruk, dan sebelum aku menyadarinya, aku akan bisa melupakan semuanya.

Tamura, yang berjalan di depanku, menoleh ke arahku dan bertanya "Apa yang kamu lakukan?" Langit di kota itu cerah dan tinggi saat hari pertama musim semi bertiup, dan Yasuki tidak bisa menahan diri untuk tidak menyipitkan mata pada sinar matahari.

Sebelumnya  Daftar isi  Selanjutnya


Related Posts

There is no other posts in this category.

3 komentar

  1. Please mc tinggalkan aja heroine jalang yang lebih mendahulukan gengsi seperti ini, seharusnya si heroine jalang yang datang ke mc, bukan mc datang ke dia

    BalasHapus
  2. Harusnya sih Heroine sih yg datang Krn dia yg naif

    BalasHapus

Posting Komentar