Koi Nanter Chapter 7

Posting Komentar

 

A Nerd in Love

Aku bertanya-tanya kapan cinta pertamaku.

Aku pikir itu di sekolah dasar. Dia adalah seorang gadis yang lebih tua dalam kelompok bersih-bersih yang sama dengan ku. Kulitnya pucat dan halus, dan dia adalah gadis ceria yang suka banyak tersenyum.

Kalau soal bersih-bersih di SD yang dulu ku ikuti, dibagi-bagi, masing-masing diberi kelompok kebersihan yang berbeda-beda. Kelompok itu terdiri dari siswa kelas 1 sampai kelas 6, merata. untuk “mendorong lebih banyak interaksi antar kelas.”

 

Namun, karena anak-anak suka bermain-main, biasanya anak laki-laki dari setiap kelas terlibat perkelahian besar selama waktu pembersihan.

Aku tidak merasa nyaman dengan keributan itu, jadi aku terus membersihkan dengan kain, pada saat itu seorang gadis tiba-tiba berbicara kepada ku.

“Yacchan, kamu selalu bekerja keras, ya.”

Sejak saat itu, dia sering mengobrol dengan ku selama waktu bersih-bersih. “Aku benar-benar tidak suka laki-laki. Mereka sangat kekanak-kanakan. Tapi, Yacchan, kamu berbeda. kamu memiliki seorang kakak perempuan. Betapa menyenangkannya… Aku juga ingin menjadi kakak perempuan Yacchan…” Saat dia mengatakan itu padaku, tanpa sadar aku mulai sedikit merindukannya.

Bahkan ketika kelompok kami ditugaskan ke area pembersihan yang berbeda, dia masih tersenyum padaku setiap kali dia melihatku. Tapi, dia lulus sebelum aku, dan karena aku jarang melihatnya di sekolah, perasaan ku mulai memudar secara alami. Aku bahkan tidak bisa membedakan kapan cinta pertamaku telah berakhir.

Yang kedua adalah saat SMP.

Dia adalah gadis yang sedikit dewasa di kelas yang sama denganku. Kami mungkin sedang belajar menggunakan kata tanya pada waktu itu, karena kami sedang bermain game di kelas bahasa Inggris di mana kami harus mengajukan pertanyaan kepada orang-orang di sekitar kami yang tertulis di kartu.

What kind of men do you like?(どういう男の人が好みですか?)』

Ketika aku menanyakan pertanyaan itu, dia dengan blak-blakan menjawab tanpa ada perubahan ekspresi wajahnya sama sekali.

Plain man like you.(あなたみたいな人)』
(Di tl eng bunyinya, “
its you.” Tapi hiragana di atas kalau di baca “Anata mitai na hito” yang kurang lebih artinya sama seperti diatas.”)

Aku bingung saat aku bertanya sekali lagi padanya.

Really?(ホントに?)』

I never tell a lie.(嘘なんかつかないよ)』

Dia menjawab dengan kefasihan dan pengucapan yang luar biasa mengingat fakta bahwa dia adalah seorang siswa SMP. Dia menatap mataku dan tersenyum sugestif.

Melihat ke belakang, aku pikir aku adalah orang yang sederhana dan naif, karena itu saja sudah cukup untuk membuat ku jatuh cinta padanya. Namun, suasana hati bahagia itu berumur pendek.

3 hari kemudian, saya mengganti jersey saya untuk klub saya, klub trek dan lapangan. Saat itulah seorang teman saya yang juga berada di klub yang sama berbisik kepada saya.

"Apa kah kamu sudah dengar? Gadis itu pacaran dengan Imai dari kelas A”

Saat itu, aku tidak percaya sama sekali. Tetapi kemudian hari itu, dalam perjalanan pulang, aku melihat mereka berdua pulang bersama, seperti yang dikatakan teman ku.

Begitulah cinta kedua ku tiba-tiba berakhir. Dia baru saja bermain-main denganku.

Saat itulah aku menyadari sesuatu. Aku memiliki beberapa teman wanita, baik di klub ku maupun di kelas. Namun, tak satu pun dari mereka tampaknya menyadari ku sebagai seseorang dari lawan jenis.

Pada saat itu, aku adalah salah satu orang terpendek dan paling kurus di kelas, dan wajah ku, dan masih, samar-samar androgini tanpa jejak kejantanan di dalamnya. Selain itu, aku adalah anak yang pendiam dan penurut yang tidak suka berkelahi. Aku tidak pernah menentang apa yang orang lain katakan, dan aku tidak secara aktif mencoba mendekati gadis-gadis. Aku jauh dari maskulin, baik dalam penampilan maupun kepribadian.

"Messhi adalah pria yang baik, bukan?"

“Aku suka Iijima-kun karena dia tidak kekanak-kanakan, dan itu membuatnya mudah diajak bicara.”

Aku sudah mendengar komentar seperti itu puluhan kali sebelumnya. Tapi itu sama sekali bukan pujian, dan aku telah belajar dengan susah payah bahwa menjadi "orang baik" tidak selalu membuat mu menjadi dalam hubungan cinta. Sebenarnya, aku juga memiliki sisi yang tidak menyenangkan pada diri ku sendiri, dan bahkan aku memiliki fantasi cabul tentang gadis-gadis di sekitar ku.

Seseorang sepertiku hanya akan menderita jika aku jatuh cinta.

Tanpa sadar aku mengunci hatiku agar aku tidak jatuh cinta sembarangan lagi dengan siapa pun. Aku melakukan yang terbaik untuk menghindari segala jenis interaksi dengan gadis-gadis, dan di suatu tempat di sepanjang jalan, aku kehilangan kunci gembok itu.

Kemudian, setelah waktu yang sangat lama, orang yang sama itu jatuh cinta dengan seorang gadis sekali lagi. Dia adalah seorang gadis yang, sampai saat itu, sama sekali bukan tipeku. Dia adalah semua tentang penampilan dan dia sombong. Seorang gadis sinis dengan lidah tajam yang tidak memiliki kemiripan anggun atau pertimbangan untuk orang lain.

Aku merasa dia telah mengurangi riasannya baru-baru ini, tetapi dia masih sangat menonjol. Bahkan, menurutku semakin tidak mencolok dan flamboyan dirinya, semakin dia menonjolkan kecantikan alaminya. Ini, pada gilirannya, akan membuatnya semakin populer di kalangan anak laki-laki.

...Kitaoka mungkin tidak melihatku sebagai lawan jenis, sama seperti gadis-gadis yang dekat denganku di masa lalu. Meskipun dia memiliki anak laki-laki lain yang dia minati, dia memilih untuk pulang sendirian dengan ku, dan meskipun dia mungkin melakukannya secara tidak sadar, dia menyandarkan tubuhnya pada ku ketika dia tertidur di kereta. Omong-omong, dia mengatakan bahwa dia dan Kimura adalah "hanya teman masa kecil", meskipun mereka benar-benar terlihat seperti sedang berkencan, jadi mungkin dia berpikir bahwa berduaan dengan seorang laki-laki bukanlah sesuatu yang istimewa.

Begitu aku mengenali dan menerima perasaan ku untuknya, aku menjadi lebih sadar dan peka akan Kitaoka Ema daripada sebelumnya.

Saat di kelas, aku perhatikan bahwa mata ku akan mengikutinya tanpa sadar. Aku buru-buru mengalihkan pandangan ku sehingga orang tidak akan menyadari bahwa aku sedang menatapnya, tetapi ketika aku melakukannya, telinga ku akan mulai melakukan hal yang sama, fokus pada suaranya di antara keributan. Saat dia menaiki tangga di depanku, mau tak mau aku memperhatikan bagian belakang rok pendeknya. Dalam perjalanan pulang dari prep school, anehnya aku merasa gugup sampai-sampai aku bahkan tidak tahu apa yang aku katakan.

Bahkan ketika aku belajar di kamar ku, aku merasa sangat sulit untuk berkonsentrasi karena aku sangat terganggu. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan sekarang… Pikiran seperti itu adalah satu-satunya hal yang terlintas di kepalaku.

Ini tidak baik…

Ini adalah waktu yang paling penting tahun ini bagi ku, jadi apa yang aku lakukan? Aku menegur diriku sekali lagi. Ini bukan waktunya untuk terlibat dalam cinta. Lagipula, itu pasti akan menjadi cinta yang sia-sia.

Astaga, aku bahkan tidak tahu apa yang kuharapkan saat ini. Dia populer dan bahkan matanya tertuju pada orang lain, jadi jelas bahwa tidak peduli berapa lama aku menunggu, Kitaoka tidak akan pernah menjadi milikku. Namun, aku menemukan diri ku secara tidak sengaja jatuh cinta padanya. Mau tak mau aku tertarik pada ekspresi lemah dan sedih yang dia tunjukkan padaku saat dia depresi. Tapi tetap saja, gadis yang aku pilih untuk jatuh cinta terlalu kacau. Aku merasa ingin memukul diri sendiri, bertanya-tanya mengapa dari semua orang, aku harus jatuh cinta pada gadis seperti dia.

Dalam buku referensi tata bahasa Inggris yang kebetulan aku baca, aku menemukan idiom "-was supposed to be".

Ini tidak pernah seharusnya terjadi.

Itulah yang aku rasakan. Jatuh cinta dengan Kitaoka adalah sesuatu yang, sampai saat ini, benar-benar mustahil.

Aku membanting dahiku ke meja keras, sia-sia. Pikiranku sudah dipenuhi dengan gambaran Kitaoka yang telah kulihat sebelumnya hari itu.

Oh ya, kalimat idiom di atas adalah judul novel ini. “I was supposed to never fall in love with you” aka “Kimi ni Koi wo Suru Nante, Arienai Hazu Datta
Koi Nante

Sebelumnya  Daftar isi  Selanjutnya


Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar