A Nerd in Love
Aku bertanya-tanya kapan cinta pertamaku.
Aku pikir itu di sekolah dasar. Dia adalah seorang gadis yang lebih tua
dalam kelompok bersih-bersih yang sama dengan ku. Kulitnya pucat dan halus, dan
dia adalah gadis ceria yang suka banyak tersenyum.
Kalau soal bersih-bersih di SD yang dulu ku ikuti, dibagi-bagi,
masing-masing diberi kelompok kebersihan yang berbeda-beda. Kelompok itu
terdiri dari siswa kelas 1 sampai kelas 6, merata. untuk “mendorong lebih
banyak interaksi antar kelas.”
Namun, karena anak-anak suka bermain-main, biasanya anak laki-laki dari
setiap kelas terlibat perkelahian besar selama waktu pembersihan.
Aku tidak merasa nyaman dengan keributan itu, jadi aku terus
membersihkan dengan kain, pada saat itu seorang gadis tiba-tiba berbicara
kepada ku.
“Yacchan, kamu selalu bekerja keras, ya.”
Sejak saat itu, dia sering mengobrol dengan ku selama waktu bersih-bersih.
“Aku benar-benar tidak suka laki-laki. Mereka sangat kekanak-kanakan. Tapi,
Yacchan, kamu berbeda. kamu memiliki seorang kakak perempuan. Betapa
menyenangkannya… Aku juga ingin menjadi kakak perempuan Yacchan…” Saat dia
mengatakan itu padaku, tanpa sadar aku mulai sedikit merindukannya.
Bahkan ketika kelompok kami ditugaskan ke area pembersihan yang berbeda,
dia masih tersenyum padaku setiap kali dia melihatku. Tapi, dia lulus sebelum aku,
dan karena aku jarang melihatnya di sekolah, perasaan ku mulai memudar secara
alami. Aku bahkan tidak bisa membedakan kapan cinta pertamaku telah berakhir.
Yang kedua adalah saat SMP.
Dia adalah gadis yang sedikit dewasa di kelas yang sama denganku. Kami
mungkin sedang belajar menggunakan kata tanya pada waktu itu, karena kami
sedang bermain game di kelas bahasa Inggris di mana kami harus mengajukan
pertanyaan kepada orang-orang di sekitar kami yang tertulis di kartu.
『What kind of men do you like?(どういう男の人が好みですか?)』
Ketika aku menanyakan pertanyaan itu, dia dengan blak-blakan menjawab
tanpa ada perubahan ekspresi wajahnya sama sekali.
『Plain man like
you.(あなたみたいな人)』
(Di tl eng bunyinya, “its you.” Tapi hiragana
di atas kalau di baca “Anata mitai na
hito” yang kurang lebih artinya sama seperti diatas.”)
Aku bingung saat aku bertanya sekali lagi padanya.
『Really?(ホントに?)』
『I never tell a lie.(嘘なんかつかないよ)』
Dia menjawab dengan kefasihan dan pengucapan yang luar biasa mengingat
fakta bahwa dia adalah seorang siswa SMP. Dia menatap mataku dan tersenyum
sugestif.
Melihat ke belakang, aku pikir aku adalah orang yang sederhana dan naif,
karena itu saja sudah cukup untuk membuat ku jatuh cinta padanya. Namun,
suasana hati bahagia itu berumur pendek.
3 hari kemudian, saya mengganti jersey saya untuk klub saya, klub trek
dan lapangan. Saat itulah seorang teman saya yang juga berada di klub yang sama
berbisik kepada saya.
"Apa kah kamu sudah dengar? Gadis itu pacaran dengan Imai dari
kelas A”
Saat itu, aku tidak percaya sama sekali. Tetapi kemudian hari itu, dalam
perjalanan pulang, aku melihat mereka berdua pulang bersama, seperti yang
dikatakan teman ku.
Begitulah cinta kedua ku tiba-tiba berakhir. Dia baru saja bermain-main
denganku.
Saat itulah aku menyadari sesuatu. Aku memiliki beberapa teman wanita,
baik di klub ku maupun di kelas. Namun, tak satu pun dari mereka tampaknya
menyadari ku sebagai seseorang dari lawan jenis.
Pada saat itu, aku adalah salah satu orang terpendek dan paling kurus di
kelas, dan wajah ku, dan masih, samar-samar androgini tanpa jejak kejantanan di
dalamnya. Selain itu, aku adalah anak yang pendiam dan penurut yang tidak suka
berkelahi. Aku tidak pernah menentang apa yang orang lain katakan, dan aku
tidak secara aktif mencoba mendekati gadis-gadis. Aku jauh dari maskulin, baik
dalam penampilan maupun kepribadian.
"Messhi adalah pria yang baik, bukan?"
“Aku suka Iijima-kun karena dia tidak kekanak-kanakan, dan itu membuatnya
mudah diajak bicara.”
Aku sudah mendengar komentar seperti itu puluhan kali sebelumnya. Tapi
itu sama sekali bukan pujian, dan aku telah belajar dengan susah payah bahwa
menjadi "orang baik" tidak selalu membuat mu menjadi dalam hubungan
cinta. Sebenarnya, aku juga memiliki sisi yang tidak menyenangkan pada diri ku
sendiri, dan bahkan aku memiliki fantasi cabul tentang gadis-gadis di sekitar ku.
Seseorang sepertiku hanya akan menderita jika aku jatuh cinta.
Tanpa sadar aku mengunci hatiku agar aku tidak jatuh cinta sembarangan
lagi dengan siapa pun. Aku melakukan yang terbaik untuk menghindari segala
jenis interaksi dengan gadis-gadis, dan di suatu tempat di sepanjang jalan, aku
kehilangan kunci gembok itu.
Kemudian, setelah waktu yang sangat lama, orang yang sama itu jatuh
cinta dengan seorang gadis sekali lagi. Dia adalah seorang gadis yang, sampai
saat itu, sama sekali bukan tipeku. Dia adalah semua tentang penampilan dan dia
sombong. Seorang gadis sinis dengan lidah tajam yang tidak memiliki kemiripan
anggun atau pertimbangan untuk orang lain.
Aku merasa dia telah mengurangi riasannya baru-baru ini, tetapi dia
masih sangat menonjol. Bahkan, menurutku semakin tidak mencolok dan flamboyan
dirinya, semakin dia menonjolkan kecantikan alaminya. Ini, pada gilirannya,
akan membuatnya semakin populer di kalangan anak laki-laki.
...Kitaoka mungkin tidak melihatku sebagai lawan jenis, sama seperti
gadis-gadis yang dekat denganku di masa lalu. Meskipun dia memiliki anak
laki-laki lain yang dia minati, dia memilih untuk pulang sendirian dengan ku,
dan meskipun dia mungkin melakukannya secara tidak sadar, dia menyandarkan
tubuhnya pada ku ketika dia tertidur di kereta. Omong-omong, dia mengatakan
bahwa dia dan Kimura adalah "hanya teman masa kecil", meskipun mereka
benar-benar terlihat seperti sedang berkencan, jadi mungkin dia berpikir bahwa
berduaan dengan seorang laki-laki bukanlah sesuatu yang istimewa.
Begitu aku mengenali dan menerima perasaan ku untuknya, aku menjadi
lebih sadar dan peka akan Kitaoka Ema daripada sebelumnya.
Saat di kelas, aku perhatikan bahwa mata ku akan mengikutinya tanpa
sadar. Aku buru-buru mengalihkan pandangan ku sehingga orang tidak akan
menyadari bahwa aku sedang menatapnya, tetapi ketika aku melakukannya, telinga ku
akan mulai melakukan hal yang sama, fokus pada suaranya di antara keributan.
Saat dia menaiki tangga di depanku, mau tak mau aku memperhatikan bagian
belakang rok pendeknya. Dalam perjalanan pulang dari prep school, anehnya aku
merasa gugup sampai-sampai aku bahkan tidak tahu apa yang aku katakan.
Bahkan ketika aku belajar di kamar ku, aku merasa sangat sulit untuk
berkonsentrasi karena aku sangat terganggu. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan
sekarang… Pikiran seperti itu adalah satu-satunya hal yang terlintas di kepalaku.
Ini tidak baik…
Ini adalah waktu yang paling penting tahun ini bagi ku, jadi apa yang aku
lakukan? Aku menegur diriku sekali lagi. Ini bukan waktunya untuk terlibat
dalam cinta. Lagipula, itu pasti akan menjadi cinta yang sia-sia.
Astaga, aku bahkan tidak tahu apa yang kuharapkan saat ini. Dia populer
dan bahkan matanya tertuju pada orang lain, jadi jelas bahwa tidak peduli
berapa lama aku menunggu, Kitaoka tidak akan pernah menjadi milikku. Namun, aku
menemukan diri ku secara tidak sengaja jatuh cinta padanya. Mau tak mau aku
tertarik pada ekspresi lemah dan sedih yang dia tunjukkan padaku saat dia
depresi. Tapi tetap saja, gadis yang aku pilih untuk jatuh cinta terlalu kacau.
Aku merasa ingin memukul diri sendiri, bertanya-tanya mengapa dari semua orang,
aku harus jatuh cinta pada gadis seperti dia.
Dalam buku referensi tata bahasa Inggris yang kebetulan aku baca, aku
menemukan idiom "-was supposed to be".
Ini tidak pernah seharusnya terjadi.
Itulah yang aku rasakan. Jatuh cinta dengan Kitaoka adalah sesuatu yang,
sampai saat ini, benar-benar mustahil.
Aku membanting dahiku ke meja keras, sia-sia. Pikiranku sudah dipenuhi dengan gambaran Kitaoka yang telah kulihat sebelumnya hari itu.
Oh ya, kalimat idiom di atas
adalah judul novel ini. “I was supposed to never fall in love with you” aka “Kimi ni Koi wo Suru Nante, Arienai Hazu Datta”
Koi Nante

Posting Komentar
Posting Komentar