Koi Nante Vol 2 Chapter 3 Part 2

1 komentar

 

Katsuya dan aku duduk di sofa yang nyaman di belakang. Karena kami tidak membawa banyak uang dan aku belum terlalu lapar, kami hanya memesan kopi.

Rencananya aku bertemu dengan Wada di pintu masuk kelas tiga jam 12:30. Aku bisa belajar di perpustakaan sampai saat itu, tapi aku tidak ingin berada di dalam sekolah, jadi aku datang ke sini. Jaraknya hanya jalan kaki dekat dari sekolah, tapi karena berlainan arah dengan stasiun, tidak banyak dilalui oleh siswa. Ini bisa dibilang tempat terpencil yang jarang dilalui.

Aku menunggu untuk kopi sedikit lebih dingin sendirinya dan berbicara dengan Katsuya, yang sedang menuangkan susu ke cangkir.

"Jadi Mamiya-sensei tidak benar-benar marah kan?"

Email dari Katsuya mengatakan bahwa wali kelas ku marah karena aku tidak datang ke sekolah.

Tapi, wali kelas yang aku temui tadi tidak terlihat marah kepadaku. Malah kebalikannya, dia bahkan bilang, "Aku terkejut kau tiba-tiba merubah keputusan mu tapi, semangat!"

terhadapku yang bertanya, Katsuya acuh tak acuh menjawab

"Ah ketahuan? Tapi ya, jika aku tidak bilang begitu, Yassan tidak akan datang ke sekolah."

Lagipula, email itu hanya gertakan. Aku bertanya mengapa, Katsuya melanjutkan sambil mengerutkan keningnya.

"Aku kesepian tanpa Yassan, kau tahu? Dan memang benar Mammy-chan juga mengkhawatirkanmu."

Aku jijik dengan suaranya yang manja itu.

Kenapa semua orang meremehkan ku... Katsuya, Wada.... bahkan Kitaoka. Kenapa semua orang berbohong kepadaku? Apa karena aku mudah untuk dibohongi? Aku merasa membenci diriku sendiri.

Aku belum bertemu dengan Kitoka cukup lama, dan seperti kata Katsuya, dia terlihat sedikit tidak bersemangat. Ketika aku bersih-bersih, mata kami bertemu sebentar, tapi aku dengan cepat mengalihkan mataku dengan canggung. Jika dia melihat ku seperti itu, rasanya aku yang bersalah disini. Harusnya aku yang tersakiti.

(Kenapa?... sial)

Aku masih punya perasaan sedih di dadaku. Jika saja aku tidak datang ke sekolah hari ini, aku tidak akan seperti ini. Ini semua salahnya, pikirku, menatap Katsuya.

Aku sedikit melototi Katsuya, mengatakan semua ini salahnya. Katsuya bilang, "Lagipula, aku hanya dapat coklat dari Tamura-san di sekolah. Ah, apa Yassan akan dapat satu saat ini?" Aku meletakkan cangkir di tanganku di atas meja dan membuka mulutku.

"Dengar Katsuya."

Ketika aku bilang ingin mengatakan sesuatu kepadanya, dia membalas dengan, "apa?-"

"Ini cerita tentang kohai di club Kyouchiken, dia punya gadis yang dia sukai, dan berpikir dia baik."

Kebenarannnya adalah bukan Kohai, aku mengatakan kebohongan yang dilebih lebihkan kepada Katsuya.

"Tapi, dia mendengar gadis itu berbicara buruk tentangnya dengan gadis lain"

Dia bilang bahwa dia bukanlah temannya dan tak mungkin dia akan jatuh cinta padanya. Katsuya mendengarkan dalam diam.

"... Dia sangat terpukul dengan masalah itu. Aku bertanya-tanya apa yang harus aku katakan kepadanya. Jika itu kau, apa yang akan kau katakan?"

Ini adalah pertama kalinya aku menanyakan pendapat kepada orang lain. Aku sedikit gugup karena tidak bisa membaca bagaimana tanggapan Katsuya.

Sejujurnya, ada bagian dariku yang bertanya-tanya apakah aku harus membicarakan ini dengan Katsuya. Tapi Katsuya punya pacar, dan sepertinya hubungan mereka baik-baik saja, jadi dia mungkin lebih memahami pikiran perempuan daripada aku. Bukannya aku ingin berdebat, tapi ini layak untuk dicoba.

Katsuya mengaduk kopi dengan sendok dan mendentingkan sendok di sisi cangkir sekali sebelum meletakkannya di atas meja.

"Hmm, ini cukup sulit."

Kau benar, aku mengangguk. Aku benar jika merasa sedih di titik ini. Aku merasa sedikit lega.

"Maa, jangan dipikirkan, yang harus kau lakukan adalah tidak memikirkannya."

Aku kecewa dengan jawaban yang biasa. Jika aku bisa melakukannya, aku tidak akan kesulitan. Aku tidak bisa menyalahkannya begitu saja, tapi aku juga tak bisa memaafkannya, menghadapinya, atau bahkan melupakannya, jadi itu sulit bagiku.

Mungkin waktu akan menyelesaikan masalahnya. Tapi bagaimana aku bisa menahan semua ini sampai waktunya tiba? Itu saja yang ingin ku tahu, tapi tak seorang pun bahkan bisa memberi petunjuk.

Katsuya menyeruput isi cangkirnya dan melanjutkan berbicara kepadaku, yang tak bisa merespon sama sekali.

"Tapi, menurutmu si cewek benar-benar bermaksud mengatakan itu?"

"eh."

Aku terkejut dengan pendapat yang tak ku harapkan. "Apa maksudmu?" aku bertanya balik, yang dijawab dengan tenang oleh Katsuya.

"Soalnya, si cowok kan tidak mendengarnya secara langsung darinya, dia hanya menguping saja."

Mengejutkannya, siapa sangka aku akan dibuat diam dari sudut pandang berbeda? Sebuah titik buta.

Katsuya kemudian bertanya saat dia duduk tegak di kursihnya, membuat ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya.

"Lebih detailnya seperti apa situasinya?"

"Well, si cewek sedang berbicara dengan temannya di kelas setelah sekolah, dan si kouhai kebetulan lewat dan mendengar nya...."

"Soka, jadi seperti apa "perasaan" nya? Apa ada semacam hubungan tertentu diantara mereka?"

"Aku tak yakin... kau bisa bilang dia percaya padanya."

Setelah mengatakan itu semua, aku cepat-cepat menambahkan, "Aku tidak tahu, aku tidak yakin." ini hanya cerita dari seorang kouhai.

Ya, ya, Katsuya mengangguk dengan serius. Yasuki menyeruput sedikit kopi di tangannya.

“Lalu, tidak kah kau berpikir mungkin saja itu semacam ‘tip for tat’, kan?”
[Uri Kotoba ni Kai Kotoba (売り言葉に買い言葉) aku gak tahu gimana ngartiinnya ke Bahasa Indonesia sebagai gantinya pake peri bahasa Inggris aja, silahkan cek di Wikipedia tip for tat]

Aku hampir menyemburkan kopiku dari mulut. Terhasut ya... memang ada suasana seperti itu.

"Ee.... tapi yang lainnya adalah teman yang cukup baik dengannya kau tahu?"

"itu bukan berarti dia mengatakan kebenaran di belakang. Sebagai contoh, siapa yang akan menganggapanya serius jika seorang suami berkata buruk tentang istrinya diluar rumah?"

"Itu karena mereka menikah."

"Itu sama saja bukan? Semakin dekat kau dengan seseorang, semakin sering kau berbicara buruk tentang mereka."

Itu terlihat sedikit gak masuk akal, tapi aku tak bisa berdepat dengan argumen yang kuat seperti itu.

"Aku akan katakan ini, aku hanya akan percaya jika orang tersebut mengatakannya padaku langsung."

Dia melihatku tepat di mata. Aku tidak yakin apakah dia tahu tentang masalah ku atau tidak. Melihatku yang bermasalah, Katsuya kembali melanjutkan.

"Karena dia hanya akan mengatakan apa yang diinginkan orang lain, apa yang orang lain pikirkan sama. Jadi, jangan peduli apa yang dia katakan dibelakang mu, itu saja."

"Tapi...."

"Aku tahu banyak yang mengatakan hal buruk tentang ku dibelakang, tapi tak banyak yang berani mengatakannya di depanku... artinya mereka tidak terlalu berpikir seperti itu tentangmu."

Aku terkejut dengan kata-kata yang tak disangka

Karena penampilan dan hobinya, Katsuya sering dipanggil "menjijikkan" oleh orang-orang disekitarnya. Bagaimanapun, dia tidak pernah merubah penampilannya, atau runtuh, membuatku bertanya-tanya bagaimana dia menjaga mentalnya tetap kuat.

Karenanya, keyakinannya ini adalah sumber kekuatannya. Itu sebabnya dia tidak pernah goyang, selalu benar, dan selalu terlihat ceria. Ini mengapa pacarnya mencintainya, dan juga alasan mereka dapat berhubungan dengan baik.

Tapi...

".... kau, bisa saja tertipu."

Jika kau hanya percaya apa yang dikatakan langsung padamu, bukankah itu membuatmu target penipuan yang mudah dari orang jahat? Aku menjadi sedikit khawatir.

Katsuya membalas dengan wajah yang santai atas kekhawatiran yang aku tunjukkan.

"Benar, jika uang terlibat, tapi ini cerita yang berbeda. Apa gunanya menipu orang seperti kita yang tak punya uang dan kuasa?"

Aku tidak bisa menahan untuk menelan ludah mendengar semua pendapat yang masuk akal.

Katsuya mengatakan ini kepadaku, kemudian dia meluncurkan serangan terakhir.

"Memang benar si cowok syok, tapi... jika dia sangatlah kesal, kenapa tidak langsung saja bertanya sama si cewek akan maksud dari perkataannya? Jika kau sekesal itu, kenapa masih terganggu dengan masalah itu? Aku tidak mengerti."

Caranya berbicara, dan juga tindakannya.... aku rasa dia tahu kebenarannya.

Aku berpikir seperti itu tapi aku tak punya energi untuk memastikan kepadanya, aku bilang, "Aku akan mengatakan ini pada si kouhai" Dan Katsuya bilang, "Senang bisa membantu." Sulit mengetahu apa dia serius dari nada suaranya.

Sebelumnya  Daftar isi  Selanjutnya


Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

Posting Komentar