Cool Guy
Ditolak oleh Katsuya
minggu depan juga, Aku sedang berdiri di peron
Toubousen di Stasiun Chiba sendirian ketika Kitaoka muncul.
“Hei, aku tidak terlalu
peduli, tapi sejak pagi ini rambutmu benar-benar berdiri, tahu? Apakah
kamu tidak melihat ke cermin?"
Ketika he mencoba memikirkan alasan, kereta tiba. Kami akan bersama sampai perhentian ku.
Ini aneh…
'Apa yang terjadi dua
kali akan terjadi yang ketiga' katanya,
tetapi aku bertanya-tanya apakah ini benar-benar
kebetulan. Jumlah kereta api yang berangkat dari Tokyo memang sedikit,
namun hingga saat ini kami belum pernah
bersama saat pulang. Hanya di sini tiba-tiba. Aku pikir itu aneh.
Empat minggu telah
berlalu sejak pergantian seragam untuk musim sebelum aku menyadarinya. Hari itu course di prep
school berlangsung lama, dan aku nyaris ketinggalan kereta.
Melewati gerbang tiket
dengan cepat, aku berlari menuruni
tangga ke peron dengan tergesa-gesa. Tapi saat turun, suara kejam dari kereta berangkat mencapai telinga ku. Entah bagaimana, ada margin yang sangat kecil antara
aku datang dan kereta pergi.
(Keretanya berangkat tepat ketika dia datang ke perron)
'Mau bagaimana lagi,' aku menuruni tangga
dengan
perasaan seperti buang-buang tenaga saja. Setelah
mencapai bagian bawah, aku mengenali gadis
mengenakan seragam yang duduk di bangku.
Rambut halus dan rok
pendek. Itu adalah Kitaoka. Kereta baru saja berangkat beberapa saat
yang lalu, tetapi dengan santai mengetuk-ngetuk smartphone-nya, dia tampaknya
tidak ketinggalan naik kereta. Rasanya lebih seperti dia telah duduk di
sana sejak beberapa waktu yang lalu.
'Mungkinkah?' Yasuki
menyadari. Apakah dia menungguku? Feeling seperti
itu seperti tak terbayangkan, melihat
tatapan sedihnya dari samping aku dengan tegas memanggil.
“Kitaoka”
Dia melihat ke arah ku. Ketika aku memasuki pandangannya, untuk sesaat, sepertinya
matanya menipis.
(Kitaoka tersenyum dan matanya sedikit menurun)
Oh…
Aku merasakan dadaku ditusuk. Kemudian detak jantung ku menjadi lebih cepat dan aku diserang oleh sesak napas yang tidak aku pahami penyebabnya. Namun perhatian ku teralihkan oleh pengumuman dari platform, dan
ketika aku melihat kembali ke Kitaoka, dia kembali ke tatapan
masamnya yang biasa.
Apakah itu imajinasiku…
Meskipun aku merasa dia
terlihat tersenyum kepadaku tadi, bagaimanapun juga itu sepertinya imajinasiku
"…Kamu
terlambat"
Dia mengutarakan
keluhannya. Dari suara kasar itu, aku tidak bisa merasakan sedikit pun
pertimbangan. Begitu aku mendengar itu,
hati ku yang tenang seperti sebelumnya adalah sebuah
kebohongan.
"Tidak, yah, course nya agak lama ..."
Sementara aku belum selesai menjelaskan,
Kitaoka menunjuk ke bangku yang dia duduki di samping barang-barangnya dan
berkata "Untuk saat ini, kamu harus duduk," dan mulai bermain dengan teleponnya lagi.
Aku duduk di bangku dan
mengintip wajah Kitaoka di samping sementara
matanya tidak pernah meninggalkan layae di tangannya.
'...Kamu terlambat,' aku bertanya-tanya
apakah itu berarti dia menunggu ku. Tapi
karena itu sebelumnya bukan sambutan yang
hangat, kereta sebelumnya bisa
saja berangkat atau dia berada di kereta lain dan tidak bisa naik
yang itu, hal-hal itu juga mungkin. Aku tidak mengerti dengan baik tindakan cewek ini. Aku merasa memikirkan itu semua sia-sia saja.
Aku menghela napas sambil
melihat ke langit, dan tak lama kemudian tatapan ku jatuh ke ujung sepatu yang aku kenakan.
Allstars (sepatu kets yang Yasuki pinjamkan) yang Kitaoka kembalikan pada ku hari itu, solnya mulai pudar, dan segera tampaknya peran mereka akan berakhir.
(Sepatunya udah mau memudar dan gak bisa dipake lagi)
Tak lama kemudian,
kereta yang berangkat dari Tokyo muncul. Ada dua tempat terbuka di dekat
pintu masuk secara kebetulan, jadi Yasuki dan Kitaoka bisa duduk di sana.
Tapi sama seperti
biasanya, tidak ada percakapan. Kenapa kami bersama, pikirku.
Meskipun Kitaoka duduk
di sebelah ku, dia kebanyakan hanya
bermain dengan ponselnya seperti sekarang. Daripada 10 menit, aku merasa dua atau tiga menit percakapan akan merasa lebih
baik.
Dia pasti hanya
kesepian kembali dari prep school
sendirian, pasti itu. Cewek gak terlalu pandai melakukan
sesuatu sendirian. Itu sebabnya
meskipun aku adalah teman sekelas
yang biasanya tidak dia ajak bicara, lebih baik menunggu ku daripada pergi sendiri. Itulah alasan yang aku pahami.
Ketika kami melewati stasiun kedua, Kitaoka akhirnya memasukkan
benda itu ke dalam tasnya dan memanggil ku.
“Kalau dipikir-pikir,
lusa adalah turnamen ballgame”
Ah, sesuatu
seperti itu terjadi, aku ingat.
SMA ku mengatakan 'Agar
tidak mengganggu pelajaran' festival atletik diadakan pada bulan
Mei. Sebagai gantinya, ada turnamen ballgame “olahraga musim gugur” yang
diadakan pada bulan Oktober. Tampaknya alasannya adalah bahwa turnamen
membutuhkan persiapan yang lebih sedikit. Karena itu di antara kelas,
beberapa siswa menjadi sangat bersemangat.
Setiap tahun
permainannya berbeda. Tahun ini, anak laki-laki kelas tiga bermain sepak
bola, sedangkan anak perempuan bermain bola voli.
“Kamu tim yang
mana? Tim A atau Tim B?”
“Aku di B”
Kelas F tahun ketiga
memiliki banyak anak laki-laki, jadi mereka memisahkan menjadi dua tim. Untuk saat ini, mereka sama-sama
mengincar kemenangan, dengan Tim A mengumpulkan semua orang yang pandai
olahraga, dan semua orang yang tersisa, termasuk aku, di Tim B.
Kitaoka bertanya dengan
lesu.
“B, ya? Lagipula,
kamu buruk dalam berolahraga? ”
'Ada apa dengan
‘bagaimana juga', pikirku sambil menjawab dengan acuh tak acuh.
“Gak, gak sejauh itu …
tapi permainan bola tidak bagus, kurasa.”
Di sekolah menengah aku adalah anggota tim lari, dan aku meninggalkan hasil yang normal. Itu sebabnya aku sebenarnya tidak sepelan kelihatannya, tapi aku juga tidak terlalu bangga, jadi aku diam.
“Yang cewek hanya punya satu tim, jadi
datanglah bersorak untuk kami saat kamu senggang.”
"Mengapa?"
Ketika Aku mulai menanyakan pertanyaan ini, Kitaoka membuka
matanya seperti dia terkejut.
“'Kenapa' kamu bilang…
kita sekelas, jadi wajar kan? Lebih tepatnya, karena kamu terlalu jauh
dari cewek
yang lain”
Cara dia mendorong ku dengan kata-kata yang nyaman seperti 'wajar' membuat ku kesal. Jika
itu masalahnya, apakah kalian akan mendukung pertandingan Tim B, aku ingin bertanya.
“Kamu bilang
begitu, tapi jika itu tim
cewek, mereka tidak akan terlalu senang jika kita (cowok) datang untuk menghibur mereka juga, aku yakin”
Tanpa pikir panjang, aku mengatakan itu. Jika aku pergi ke pertandingan gadis-gadis yang awalnya
tidak berhubungan baik dengan ku, aku tidak terlalu peduli apakah mereka menang atau
kalah dan itu akan mengganggu para cewek
jika sekelompok pria yang tidak tampan datang untuk menatap mereka, bukan? Jika itu masalahnya, maka akan lebih baik
bagi kedua belah pihak jika mereka tetap berada di kelas dan mengobrol atau bermain game sekedar menghabiskan waktu.
Untuk ini, Kitaoka yang
awalnya tampak cemberut, lebih lanjut mengerutkan alisnya dan menyangkal ku.
“Padahal itu tidak
benar sama sekali. Itu hanya kamu membuat dinding
mu
sendiri. Aku pikir kita semua ingin berteman sama seperti yang lain.”
“Hah, begitukah?”
"Iya. kamu bahkan belum
berbicara, jadi tidak mungkin kamu bisa memahami
pihak lain. 'Iijima selalu nongkrong
di kelas dengan cowok, mungkin dia tidak suka cewek' adalah apa yang mereka
pikirkan. Itu sebabnya cewek-cewek
itu takut dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa.”
Jawaban yang tak
terduga membuat telinga ku
sakit. Tentu saja, cewwk ini kejam di
tahun pertama, tetapi di balik permukaan itu hanya karena alasan lemah ini (prolog). Sejak itu lebih dari dua tahun telah berlalu,
mungkin sudah waktunya untuk mengubah cara berpikirku.
Namun, gadis-gadis
memiliki kolaborasi samping yang kuat dan mereka
memiliki hal-hal yang mereka buruk juga… Aku, yang masih ragu-ragu, punggung tangan ku
ditepuk oleh Kitaoka saat dia
berbicara.
“Ngomong-ngomong, kamu
harus bergaul lebih baik dengan para cewek. Untuk
alasan itu, datanglah dan lihat setidaknya
sekali lusa nanti. ”
Punggung tangan ku terasa
kesetrum. Bahkan jika tindakannya lebih dari ini, karena aku bukan tandingannya, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menjawab dengan
"Aku mengerti"
Cuaca musim gugur yang
cerah pada turnamen ball game sangat tinggi. Awan
cirro-cumulus bertebaran, mengambang di langit
biru. Angin yang bertiup dengan tenang terasa kering. Mungkin bisa
dikatakan bahwa itu adalah cuaca terbaik untuk olahraga.
Tepat setelah upacara
pembukaan di lapangan olahraga dihadiri oleh seluruh sekolah, orang-orang yang
berpartisipasi dalam pertandingan, orang-orang yang bersorak, dan orang-orang
yang siaga di kelas berpisah menjadi kelompok-kelompok kecil.
Kelompok ku dari tim B kelas F tahun ketiga telah mendapat pertandingan
pertama dalam undian, jadi dengan itu kami berada di lapangan bola. Tim lawan adalah kelas R. Mereka
adalah sekelompok anak laki-laki yang sangat pintar dalam sains bahkan di
sekolah.
Untuk kenyamanan waktu,
itu akan menjadi satu pertandingan panjang 40 menit tanpa babak
kedua. Bertentangan dengan ekspektasi, tim B 'Leftovers', kami bertarung
dengan baik. Hasilnya adalah kemenangan dengan selisih tipis 2 banding 1
(Namun, kelas R juga seharusnya memiliki jumlah orang yang pandai berolahraga,
jadi bisa jadi mereka sedikit menahan diri. 'Karena
kami ingin untuk belajar' kita ingin cepat-cepat pulang, bisa jadi seperti
itulah dugaan ku).
“Katsuya, aku akan
pergi ke 7/11 sebentar”
(seven eleven, mungkin kek indomaret)
Setelah pertandingan, aku dengan lelah
memanggil Katsuya. Aku hampir tidak bisa menyentuh bola, dan aku berkeringat
di balik jersey karena habis berlarian. Bagaimanapun,
aku menginginkan sesuatu yang dingin, jadi aku memutuskan untuk pergi ke toko serba ada di sebelah
sekolah.
Katsuya berkata
"Baiklah" dan mengangkat tangan saat melihat ku pergi. Berjalan sendirian dengan toko serba ada
sebagai tujuannya, ketika aku melewati bagian
belakang gym aku bisa mendengar
sorak-sorai dari gadis-gadis yang datang dari arah itu. Jika aku ingat benar, gym seharusnya menjadi tuan rumah
pertandingan bola basket putra tahun kedua dan pertandingan bola voli putri
tahun ketiga.
Aku tiba-tiba berpikir 'kapan pertandingan perempuan kelas kita',
aku bertanya-tanya? Sehari sebelum kemarin dalam perjalanan pulang dari prep school, Kitaoka memarahi ku dengan mengatakan "Datanglah dan lihat setidaknya sekali." Bukannya aku sangat khawatir dengan kata-kata itu, tetapi jika
setelah itu dia berkata "Kamu melanggar janjimu" aku akan bermasalah.
...ketika aku kembali
dari berbelanja mungkin aku akan mencoba menunjukkan wajahku dengan
berpura-pura mencari seseorang, pikir ku dalam hati.
Di toko serba ada tepat
di luar gerbang belakang sekolah, ada siswa dengan kaus selain aku. Dilarang meninggalkan halaman sekolah pada
siang hari, tetapi sementara mereka tidak secara terbuka mengatakan 'baiklah',
pada kesempatan ini mereka memberikan persetujuan diam-diam.
Saat aku berada di depan pojok pendingin, memikirkan 'Teh kantong kertas, 500ml 70 yen dan 1000ml 20 yen
yang harus kudapatkan,' trio anak laki-laki berbaris di pojok onigiri di
sebelah
ku.
Mereka mengenakan kaus
hijau yang sama dengan ku, jadi mereka mungkin
kelas tiga dari sekolah. Namun, aku tidak tahu nama
mereka. Mereka semua memiliki gaya rambut slicked back yang sama dengan
hard wax dan di atas itu tinggi mereka bahkan sama, jadi untuk sesaat aku berpikir 'Triplets…?'
“Eh, pesan”
"Dari siapa?"
“Matsuri. 'Aku sudah kalah di game pertama~'
katanya”
Ketiganya
terkekeh. Kemungkinan besar Matsuri adalah pacar salah satu dari
mereka. Bahkan jika aku tidak mencoba
untuk mendengarkan, jaraknya pendek sehingga percakapan mereka secara alami
memasuki telinga ku.
Akhirnya, fakta bahwa
salah satu di antara kelompok, 'Takkun' tidak punya pacar muncul. Sambil
mendengar tentang itu, aku mengulurkan
tangannya ke yang besar. 'Jika aku membeli 1000ml
20 yen, aku bisa membagi sisanya ke Katsuya'
"Yah, Takkun,
bagaimana dengan Ema-chan."
Aku tiba-tiba menghentikan
gerakan
ku dengan kata yang tidak terduga.
…mungkinkah mereka membicarakan
Kitaoka?
Tidak memperhatikan ku sama sekali, percakapan ketiganya berlanjut.
"Ohh, kelas F yang
satu itu?"
"Ya. Sepertinya
yang itu bebas sekarang ”
"Itu
benar. Wajahnya imut sekali”
Benar? Sisi lain
berkata dengan bangga. “Gaya rambutnya saat ini juga bagus, kan” dan
sejenisnya adalah hal-hal yang mereka katakan. Tidak diragukan lagi bahwa
mereka sedang membicarakan Kitaoka sendiri.
Aku tidak tahu seberapa
dekat mereka bertiga dengan Kitaoka, tapi sepertinya karena mereka menonjol
maka mereka bisa mengangkat topik seperti itu. 'Seperti yang diharapkan
dari anak-anak
ini,' sementara aku memiliki kekaguman aneh semacam itu, 'Takkun' yang tanpa
pacar menggerutu karena tidak puas dengan 'Eh-'
“Tapi, dia bekas Kimura, kan”
Dengan kaget, punggung menegang. Kimura, ikemen unggulan dari kelas
sebelah. Sampai awal tahun ini dia dan Kitaoka sering terlihat bersama,
tapi pasti hubungan seperti itu.
Mulai sulit untuk
bernapas. Aku tidak tahu mengapa aku harus berpikir seperti ini, dan aku bahkan tidak ingin mendengar obrolan tidak berguna
semacam ini, tapi bagaimanapun aku tidak bisa
bergerak bahkan satu langkah pun dari tempat itu.
Dua yang tersisa
melanjutkan olok-olok mereka.
“Hah, mereka tidak
memiliki hubungan seperti itu, kan? Dia imut dan memiliki dada besar yang
tak terduga, dan dia terus terang sering minta tolong.”
(gak paham tl yang ini kek gimana)
“Kamu benar-benar suka
yang segar, ya Takkun”
Sejak tadi, bekas dan segar… Perempuan bukanlah barang. Aku tahu bahwa mereka bertindak terlalu jauh karena mereka
adalah teman, tetapi itu adalah pernyataan yang tampaknya mengabaikan
kepribadian orang yang bersangkutan, dan kemarahan ku perlahan menjadi panas.
Meskipun aku dapat
mengatakan bahwa seseorang dari kelas yang sama ada di sini dengan pandangan
sekilas, apa yang mereka lakukan melanjutkan pembicaraan semacam ini, pikir ku. Apa
yang akan mereka lakukan jika aku memberitahu
Kitaoka tentang cara mereka membicarakannya?
Tapi…, mereka
mengerti. Bahkan jika Yasuki dengan malu-malu mengatakan 'Hentikan' dengan
penuh
keberaian, awalnya Kitaoka
adalah dari kelompok gadis yang menonjol dan bukan tipe orang yang bisa didekati.
Karena kepengecutan ku, aku menggertakkan gigi ku. Bahkan
saat itu aku tidak melakukan
apa-apa. Aku hanya diam dan
berpura-pura tidak mendengarnya, membiarkan mereka lewat adalah semua yang aku lakukan. Tidak peduli berapa banyak konflik
yang ada, dalam kehidupan ku sebagai support character, aku tidak dapat
menemukan apa pun yang membuat ku serius.
“Tidak, tidak apa-apa
jika hanya sekali. Menjadikannya pacar sedikit…”
"Tidak apa-apa hanya
sekali?"
Sementara negosiasi ini
berlangsung, ketiganya pergi. Aku yang tersisa
memegang teh kantong kertas di tangan tanpa kekuatan
apa pun, dan meninggalkan toko serba ada di belakang setelah terhuyung-huyung
ke kasir.
Dia melewati Gym
lagi. Tapi "bekas Kimura"
yang aku dengar tadi tidak mau hilang dari kepala ku, dan aku lewat tanpa
mampir dan menuju ke kelas.
Kemudian, sampai
pertandingan berikutnya, bersama dengan Katsuya dan kelas tiga yang berhubungan
baik dengan ku, kami menghabiskan waktu di kelas lain. Kami pergi untuk melihat pertandingan tim A sebentar, tapi
kami
kembali ketika sepertinya
kemenangan sudah pasti.
Babak kedua perempat
final akan digelar sebentar lagi, dan merupakan
pertandingan terakhir pagi itu. Lawannya adalah tim A, yang menang
beruntun keseleruhan dari kelas G
Mereka semua berkumpul
di halaman ketika saatnya tiba. Mengenakan pinnies yang diberikan1, kami membentang mengambil posisi.
“Jika mereka menang,
final mungkin berada di antara kelas yang sama.”
Yang mengatakan ini
dengan nada riang adalah penjaga gawang tim A yang tangguh, Uchida. Uchida yang terbawa suasana di
ruangan yang sama di kamp pelatihan pergi untuk menyemangati teman-temannya di
tim B karena "Kami teman di kelas yang
sama."
Berjuang dan semoga berhasil!
mengatakan ini Uchida mendorong punggung mereka yang berbaris. Menghadapi
setiap tim A kelas G yang tampak cukup
gesit, ada perbedaan yang jelas dari tim A mereka sendiri yang kalah, memiliki banyak orang pendek dan gemuk.
Dan di sana, pada
akhirnya Aku berdiri
berhadap-hadapan dengan Kimura Shin… mantan pacar Kitaoka.
Kimura berdiri 16Ocm,
lebih dari 10cm lebih tinggi dari ku, dengan mata
besar, mulut besar, dan fitur mencolok yang mengikuti pangkal
hidungnya. Rambutnya agak panjang sehingga ujungnya menempel dan dia
memiliki ekspresi halus seolah-olah ada sesuatu yang lucu, lebih jauh
lagi, dia memiliki penampilan liar yang aneh. Selain itu, lengan dan
kakinya lebih panjang dan meskipun kami seharusnya
mengenakan kaus yang sama, itu terlihat bagus.
(entahlah, ini 170 atau 160. Bisa aja 180)
Aku menatap wajah
Kimura. Ketika mata kami bertemu, Kimura
tanpa rasa takut membalas dengan tawa
Dia sangat keren, sial…
Aku juga laki-laki, tapi aku harus mengakuinya. Aku tak
tahu orang seperti apa dia di
dalam, tetapi dalam penampilan, dia adalah pria paling tampan di tahun yang
sama denganku (angkatan). Tiga orang yang
sebelumnya (pas di toserba) bukan tandingan Kimura. …tentu saja, bahkan aku juga.
Peluit tanda Kickoff
sudah dibunyikan. Aku yang
dipercayakan sebagai center, menyaksikan bola sambil mengabaikan pikiran suram
yang ada dan berlari melintasi
lapangan.
Sekitar 5 menit setelah
pertandingan dimulai, kelas G dengan cepat memimpin, dan setelah itu segalanya berpusat disana.
Tetap saja, kami entah bagaimana berhasil menghentikan skor lebih
lanjut, tetapi pada tingkat ini kami akan
dikalahkan.
“Ganbare–!”
"Disana! Rebut darinya!”
Sorak-sorai kelompok
Uchida bergema. Jika kami entah bagaimana
bisa mendapatkan satu poin, kami bisa mengejar
ketinggalan. Namun, gol sangatlah jauh jaraknya.
Tiga puluh menit
pertandingan telah berlalu, tidak banyak waktu tersisa.
Dan, pada saat itu–
(Ah!)
Bola sedang
diperebutkan di depan gawang tim, dan bolanya jatuh di depan ku yang berada di pinggiran.
Tidak ada teman di lokasi yang aman untuk di oper. Dengan musuh
semua menuju ke arahku, aku terus menggiring bola.
"Iijima!"
Aku menghadap ke depan di
mana namaku
di panggil. Ada teman
sekelas yang pandai sepak bola di antara tim ku yang berlari menuju gawang.
Aku mungkin bisa mencapainya. Saat ini aku berpikir mencoba menendang keluar.
Seperti angin yang
lewat, pandangan ku menjadi
gelap. Pinnie nomor 10 putih sisi lain melompat. Hal berikutnya yang aku sadari adalah bola menghilang dari kaki ku, dan hanya menendang udara.
Bola
diambil. Sangat mudah. Dengan cepat memutar kepala ku, aku melihat nomor
10 Kimura membuat operan panjang ke sisi lain dengan mulus.
Sorak-sorai sampai ke
telinga ku yang
terkejut. Bola yang baru saja ia miliki, kini jauh ditelan
net. Sebuah goal. Sampai beberapa
detik yang lalu kami mengira itu seharusnya menjadi 'kesempatan untuk menyeimbangkan
permainan,' tapi itu menghilang
begitu saja seperti sebuah kebohongan.
Pada akhirnya, kami kalah 2-0. Sejak awal aku tidak berpikir kami akan menang, tapi mau bagaimana lagi itu
menjengkelkan.
Mengapa, aku bertanya-tanya. Karena semuanya berjalan baik
untuk sementara waktu? Hanya tinggal sedikit lagi ketika rintangan yang
tak terbayangkan masuk. Aku ingat pemain musuh yang dengan mudah memberikan umpan yang merupakan segalanya bagiku di dalamnya (bola
yang Yasuki bawa).
Kimura…
Dia keren sekaligus menyejukkan, jago olahraga juga bukankah itu tidak adil. Sangat berbeda dengan ku, yang tidak memiliki satu pun fitur khusus. Mereka
mengatakan bahwa surga tidak pernah memberi mu dua hal, tetapi bukankah itu bohong? Aku mulai membenci tuhan.
(pepatah di jepang keknya)
Namun, meskipun aku sudah tahu tentang Kimura sejak lama, mengapa aku menjadi sangat kesal sekarang? Aku tidak begitu antusias dengan turnamen, Aku tidak benar-benar mengerti diriku sendiri.
Untuk saat ini, untuk
mendinginkan kepalanya, aku pergi ke tempat
minum di tepi lapangan. Jika aku
membasuh wajahku sedikit, mungkin suasana hatiku akan lebih baik.
Di lapangan, selain
sepak bola, ada juga anak laki-laki tahun pertama bermain bola voli luar ruangan dan untuk anak perempuan tahun kedua bermain softball.
Aku melewati tempat
permaianan bola voli luar ruangan. Di dekat ku, ada dua gadis berbaju ungu yang mengenakan seragam
kelas satu datang untuk menyemangati teman sekelas laki-laki mereka. Duo
yang penampilannya sederhana ada di sana, tetapi dengan perasaan pahit aku berpikir 'Lagi pula, orang-orang itu selalu
bersorak untuk orang-orang ganteng.'
Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba mengangkat wajah dan melihat titik putih di langit biru.
Titik itu semakin
besar. Itu adalah bola sofbol. Sepertinya ada yang memukul ball foul dengan kuat disana. Kedua gadis di sebelah situ sama sekali tidak menyadarinya. Ini buruk,
pada tingkat ini itu akan mengenai mereka–
"Itu
berbahaya!"
Begitu aku mendorong ke dua gadis ke samping, rasa sakit
menyebar dari bagian belakang kepalaku
Aku merasa semua tenaga ku hilang. Betapa
bodohnya. Saat mencoba menyelamatkan kedua gadis itu, aku malah membawa
kesialan dan bola mengenai kepalaku.
"Kamu baik-baik
saja!?”
Suara seorang gadis
memanggil, tetapi aku tidak memiliki kekuatan di kaki ku
Merasakan keadaan
Yasuki yang tidak biasa, orang-orang berkumpul satu demi satu. Dia ingin
berdiri dan mengatakan itu bukan apa-apa, tetapi ketika kepalanya berputar dia
jatuh ke tanah. Pada saat itu "Kyaa" suara melengking naik ke
sekitarnya.
"Apa yang kita
lakukan? Ambulans?"
"Daripada itu,
cepat panggil guru-"
Aku bisa mendengar
percakapan itu, namun aku tidak memiliki
kacamata sehingga aku tidak bisa melihat
dengan baik. Sepertinya itu jatuh
ketika aku
terkena bola. Akhirnya dari
sisi sekelompok orang, aku melihat
seorang pria yang mengenakan jersey ungu yang sama muncul.
“Kalian berada di
tengah-tengah pertandingan, kan? Aku akan membawanya ke UKS.”
Anak laki-laki itu
mengangkat ku, berkata "bertahanlah" sambil menggendong ku, dan mulai berjalan.
"Apakah kamu
baik-baik saja Iijima-kun?"
Sambil bertumpu pada punggungnya yang lebar, Aku berpikir dengan kesadaran yang memudar
Mungkinkah suara ini-
Kimura dari kelas
sebelah?
“… halo, halo?”
Tubuh kutersentak dan aku terbangun. Tanpa mengingat
apapun, aku melihat seprai putih dan bantal putih. Aku tidak tahu wajah orang yang memanggil ku, tapi itu terdengar seperti wanita paruh baya.
Saat aku bangun, wanita itu berbicara kepada ku dengan suara lambat.
"UKS sudah ditutup, tapi bagaimana perasaanmu?"
...jadi dari apa yang
dia katakan, ini sepertinya tempat tidur UKS dan aku segera mengerti
bahwa dia pasti perawat di sekolah.
“Ya, aku baik-baik
saja…”
Saat menjawab, aku ingat kepalaku kena hantam bola dan dibawa kesini oleh Kimura dari kelas sebelah. Aku kemungkinan besar kena gegar otak ringan dan diberitahu bahwa penting
untuk beristirahat sambil berbaring di ranjang.
Sepertinya aku akhirnya tertidur lelap, dan dari jendela cahaya
matahari yang memudar mengalir masuk. Penyebabnya sepertinya adalah kebiasaan ku kurang tidur dari belajar ditambah berlarian terus di turnamen permainan bola.
Perawat, menghela napas lega,
memberi tahu ku, "Jika kamu
merasa mual atau apa pun untuk minggu depan, pastikan kamu pergi ke rumah
sakit, oke." Mungkin baik-baik saja, pikirku, tetapi aku mengangguk dan
berkata, "Aku mengerti."
Aku mencari disekitar bantal untuk kacamataku, tetapi dia tidak dapat menemukannya. Itu pasti lepas
saat aku pingsan, tapi seharusnya benda kek gitu
gak layak buat dicuri
Mungkin saja seseorang akan
menemukannya dan memabwa ke kelas. Dengan
hati-hati turun dari tempat tidur, aku menundukkan kepalaku dan mengcuapkan terimakasih
banayak, dan meninggalkan perawat dibelakangku.
Dengan penglihatan yang
redup, aku menaiki tangga menggunakan indra kudan menuju ke kelas.
Tampaknya turnamen
telah lama berakhir. Sekolah benar-benar sepi, suara klub olahraga dan
latihan alat musik tiup bergema di lorong-lorong dan di dalam kelas itu
sendiri.
Aku meraba jalan ke kelas
F tahun ketiga, dan di papan tulis 'Kita berhasil! Boys A team Victory' ditulis dengan huruf besar dengan kata-kata dan
gambar yang menutupi area di sekitarnya.
Begitu, mereka menang ...
Kelas G yang
mengalahkan tim B mereka sepertinya tidak menang. Mungkin teman-teman
sekelasnya mengambil kesempatan dari kekalahan tim ku. Aku tahu itu serakah, tapi entah bagaimana aku merasa lega.
Aku mendekati mejaku di dekat
jendela. Di atas meja ku ada ransel yang
aku gunakan saat pergi dan pulang sekolah, dan di
atasnya seseorang dengan ringan meletakkan selembar kertas.
'Yassan, apa kamu
baik-baik saja? Aku akan pergi ke afterparty (Party
mungkin), tapi jika terjadi sesuatu hubungi aku, oke?'
Hanya dengan mendekatkan kertas sampai kehidungku, aku bisa membaca
apa yang tertulis di sana. Tulisan itu adalah milik Katsuya.
Dilihat dari sudut
matahari, sekarang sekitar jam 4 sore. Turnamen bola pada dasarnya
seharusnya sudah berakhir sekitar 2 jam yang lalu, jadi mungkin sudah terlambat
bahkan untuk afterparty.
Tapi kemana kacamata ku pergi, aku
bertanya-tanya. Aku mencari di
bagian atas meja, tetapi aku tidak merasakan
apa-apa. Terhadap aku yang kebingungan,
sebuah suara yang familiar terdengar.
"I ~ jima"
Aku menoleh ke arah
suara. Di sekitar pintu masuk kelas ada seorang gadis mengenakan
seragam. Dengan rambut panjangnya yang bergoyang, dia datang ke arah ku.
Jantung ku berdebar. Ketika dia berdiri di depan ku, tanpa mengatakan apapun, dia mengangkat tanganku.
Dengan suara kecil,
sesuatu didorong ke tanganku
“Kacamata… aku
mendapatkannya dari Shin”
Dengan tergesa-gesa aku meletakkan benda di tanganku ke telinga (mengenakan kacamata),
Kitaoka Ema masih mengawasi ku dengan cermat.
Eh…
Dengan Shin, maksudnya
mungkin Kimura. Kitaoka
meletakkan kantong plastik putih di tangan kanannya di atas meja dengan bunyi
gedebuk, sementara aku masih kaku di tempat.
"Juga di
sini. Kau melewatkan makan siang
kan? Aku akan memberikannya padamu.”
Aku mengambil tas di tanganku dan melihatnya. Melihat ke dalam ada jus apel yang dikemas
dengan kertas dan dua roti manis.
Bahkan jika aku mengatakan aku tidak membutuhkannya, itu hanya akan membuang-buang
roti. Aku mulai lapar, jadi aku dengan patuh menerimanya.
“T-Terima
kasih. Berapa harganya?”
Ketika aku bertanya
sambil mengambil dompet dari dalam ransel,
Kitaoka menjawab dengan suara pelan.
“…Aku tidak ingat”
“Tapi kalau kita lihat
struknya kita akan tahu, kan? Sekitar 300 Yen?”
"Tidak
apa-apa. …dan lagi pula aku berhutang padamu saat kamp pelatihan. Aku akan memberikannya padamu”
…hutang sejak saat
itu.. Aku pikir itu sudah lama sekali. Sebaliknya, aku merasa telah sangat mengganggunya.
Namun, aku merasa jika
aku tetap memaksa membayar, itu hanya akan memperburuk suasana hatinya. Jadi, aku diam
dan menerima dengan patuh.
Aku berpikir untuk mengganti seragam dari jersey ku, tapi aku tidak bisa
melakukannya di depan seorang cewek. Untuk
saat ini aku duduk di kursi dan menggigit
roti yang dibelikam sementara Kitaoka,
tanpa pergi, duduk di kursi di depan ku dan menghadap
ke belakang.
Aku berpikir mungkin dia
memiliki sesuatu untuk dilakukan,
tetapi dia bersandar pada sikunya dan tidak mengatakan apa-apa. Dengan
canggung duduk di seberang ku, Aku mulai berbicara dengannya.
“Bagaimana dengan pesta
setelahnya? Apakah sudah berakhir?”
“… hanya sebentar, tapi aku pergi”
“Eh,
begitukah. Maaf"
“Tidak, itu karena
Averia dekat. Aku dipanggil ke ruang Konseling, jadi itu bukan masalah besar.”
Dia mengatakan dengan
wajah yang terlihat terganggu. Averia
adalah restoran keluarga murah yang berjarak 10 menit berjalan kaki dari
sekolah. Kalau acara dipenuhi oleh siswa dari sekolah yang sama, mungkin aku juga
akan pergi.
Hanya pergi ke sana dan
kembali akan memakan waktu. Dia bilang dia dipanggil ke ruang konseling,
tapi apa
dia hanya bilang seperti dia tidak peduli atau jika dia benar-benar
tidak peduli sama sekali, aku gak mengerti.
Tiba-tiba mengangkat wajah ku, di papan tulis aku melihat "Boys A Team Victory." Lagi. Tim cowok lainnya
sepertinya melakukannya dengan baik, tetapi hasil dari tim para cewek tidak ku ketahui.
"Oh
ya. Bagaimana permainan bola voli putri?”
Kitaoka segera menjawab
pertanyaan ku.
"Kami lolos ke
semifinal, tapi kami kalah."
“Ah.. aku mengerti”
Lebih cepat dari yang
dia bisa katakan 'Itu memalukan,' tambah Kitaoka.
“Dan kamu tidak datang.”
Melirik, aku dipelototi dengan mata melek. Namun, hanya aku yang tidak datang untuk melihat mereka seharusnya
tidak bisa menurunkan peforma
para
cewek.
Aku mengerti itu cuma
bercanda, tapi fakta bahwa aku tidak menepati janjiku adalah benar.
“… benar-benar minta
maaf. Aku berpikir untuk pergi melihat.”
Sementara aku dengan lemah lembut meminta maaf, kerutan di dahi
Kitaoka menghilang dan dia berbicara dengan suara yang sedikit lebih lembut.
“Mau bagaimana
lagi, kan. Lagipula kamu terluka.
”
Memang benar bahwa 'mau bagaimana lagi,' tapi jika aku
menyadari bola itu lebih cepat mungkin aku bisa menghindarinya
Lagi pula, saat itu aku benar-benar tidak keren. Namun, cowok yang dengan gagah muncul dan membawa ku pergi–
“…Kacamataku diambil
oleh Kimura-kun”
Mungkin ketika dia
menggendong ku, dia menyadari
kacamata ku jatuh dan
memasukkannya ke dalam sakunya seperti itu atau semacamnya. Aku merasa seperti itulah yang terjadi.
Aku bersyukur, tetapi di
sisi lain aku tidak bisa menahan
gumaman
ku yang pahit. Kitaoka menjawab
dengan tenang seolah tidak melihat perubahan pada sikapku.
"Ya. Sepertinya
dia datang ke tempat yang sama dengan teman-temanku. Kami terpisah dari
mereka jadi pada awalnya aku tidak
memperhatikan sama sekali, tetapi di lorong dia berkata 'Ini milik temen cowok
di kelasmu.'”
Ceritanya sangat
disingkat dan sulit untuk memahami siapa yang dia maksud, tetapi intinya adalah
'di restoran keluarga yang kami kunjungi
untuk perayaan, Kimura-kun juga secara kebetulan pergi bersama
teman-temannya. Kemudian ketika dia meninggalkan tempat duduknya, dia
memberi Kitaoka kacamata,' mungkin itulah yang dikatakan.
Dia seharusnya sudah
putus dengan 'Shin' tapi bahkan sekarang mereka masih terbiasa memanggil satu
sama lain dengan nama depan. Mungkin gadis
ini masih menyimpan perasaan padanya…
Well, bukan urusanku
Aku buru-buru menepis
pikiran ini, dan dengan tegas menggigit roti kedua. Sementara aku merasakan tatapan di dahiku, Kitaoka bertanya seolah dia baru ingat.
“Iijima, apakah bola
itu benar-benar mengenaimu di kepala?”
Ya, aku mengangguk, dan gadis yang duduk di depan ku tiba-tiba tertawa terbahak-bahak seperti sedang
bersenang-senang.
“Kamu benar-benar melakukannya. Shin berkata 'Sepertinya dia meluncur
untuk mengenainya,'
kau tahu. Kenapa kamu tidak menghindar?”
"Tidak seperti
itu. Ada seorang gadis di sana…”
Terhadap penjelasanku, Kitaoka
mengangkat suara tinggi seperti itu tidak mungkin.
"Benarkah? Tapi kau berdua bisa menghindarinya. Bukannya aku
percaya itu. ”
Aku juga cemberut, itu tidak berlebihan sih. Tentu saja aku berharap aku bisa bereaksi
sedikit lebih cepat, tetapi inilah kenyataannya. Namun, itu untuk
menyelamatkan orang lain sehingga tidak masuk akal bagi orang yang tidak
berhubungan untuk mengejek ku.
Terlebih lagi, cwewk ini berbicara seperti Kimura sedang mengolok-olok ku, tapi aku cukup yakin dia
hanya bermaksud mengatakannya seperti itu. Aku tidak banyak bertukar kata ketika aku diangkat
olehnya, tapi aku tahu bahwa dia bukan seorang bajingan.
Pada dasarnya dia pasti
orang yang hebat. Tidak hanya di luar, tetapi juga di dalam…
“Dia sangat keren…
Kimura-kun itu”
Aku bergumam sambil
terkejut dengan betapa kecilnya aku cemburu pada
orang seperti itu. Kitaoka menjawab dengan enteng, sama sekali tidak
menyadari keadaan kusaat ini.
“Eh? Yah, itu
benar. Penampilannya juga bagus”
…Keberanian itu
sebaliknya menjijikkan. Sejak hubungan keduanya menjadi rumit, mungkin dia melihat
sisi buruknya. Walaupun begitu, dia tidak bisa untuk tetap tidak memujinya.
(intinya hubungan Kitaoka dan Shin yang buat mereka putus,
Yasuki curiga begitu)
Seperti apa keadaan yang dilalui perempuan ini, aku bertanya-tanya. Berlawanan dengan ekspektasi, Aku akhirnya mengajukan pertanyaan ini.
"Eh, Kitaoka"
"Apa?"
"Kenapa kamu putus
dengan Kimura-kun?"
Mendengar pertanyaan ku, matanya melebar sebagai jawaban.
"Hah?"
Aku terkejut dengan
reaksinya, dan dia mengerutkan kening dengan sekuat tenaga dan mengeluarkan
kalimat
"Putus dan
segalanya... Kami tidak pernah pacaran dari awal."
“Eh?”
Tanpa disadari, aku mengeluarkan suara aneh. Aku membalas pertanyaan tanpa berusaha menyembunyikan
kebingungan ku pada pernyataan
mengejutkan darinya.
"Benarkah?"
"Ya. Apa kamu memiliki bukti kami berdua dulu berpacaran?”
“Tapi.. Misalnya, dari
awal tahun kalian berdua selalu bersama…”
“Bersama-sama sepanjang
waktu tidak berarti ada orang yang pacaran. Ahh. Inilah mengapa otaku bermasalah.”
"Tidak tapi…"
Dari sekitar awal tahun
kedua hingga tahun ketiga hingga ujian tengah semester tahun ketiga, apakah itu
saat istirahat atau pulang, aku melihat mereka
berdua berbicara dengan jelas di sekolah.
Itu sebabnya aku pada dasarnya yakin bahwa mereka berdua pacaran. Tidak mungkin hanya aku yang berpikir seperti ini. Saat aku berada di toko serba ada beberapa waktu yang lalu
ada trio yang ku lihat. Jika
mereka semua tahu maka aku berpikir bahwa
semua orang mungkin mempercayai hal yang sama.
Mulut ku ternganga, sementara Kitaoka menjelaskan seolah itu
menyakitkan.
“Laki-laki itu… Ibu Shin dan ibuku, di SMA dulunya sekelas dan
berteman, jadi ketika kami
masih kecil, kami tinggal di lingkungan yang sama dan akan bermain di rumah
satu sama lain sepanjang waktu.”
“Bukankah kalian teman
masa kecil? Bukankah itu pola di mana cinta tumbuh dengan mudah?”
Aku tidak tahu banyak
tentang itu tapi, Katsuya dengan penuh semangat memberitahu ku tentang 'Pentingnya
karakter teman masa kecil dalam novel ringan dan eroge.' Aku tidak tahu bagaimana itu dalam kehidupan nyata,
tetapi dengan seorang laki-laki
tampan di sebelahnya, itu bukannya tidak wajar jika
cinta tumbuh di antara mereka berdua (hanya feeling ku).
“Seperti yang aku
katakan… Bukan seperti itu!”
Kitaoka menjadi kesal
dan meninggikan suaranya. Mengapa dia begitu terganggu oleh ini, aku bertanya-tanya?
Aku hanya bisa duduk dan
ternganga, Kitaoka menghela dan mengambil nafas yang penjung sebelum bergumam
"Orang yang
disukai orang itu bukan aku, itu
kakak perempuanku."
Eh, aku sepertinya
akan mengatakan sesuatu lagi. Aku
buru-buru menutup mulut ketika melihat sikap Kitaoka, sementara dia terus berbicara layaknya
bendungan telah hancur (kisasan)
“Sejak dia kecil, dia
seperti “Risa-chan, Risa-chan” sejak dia benar-benar mencintainya, kau tahu…
Dan tahun ini sepertinya dia demam lagi; dia terus bertanya padaku 'Bagaimana kabar Risa-chan baru-baru ini?' kayaknya dia terganggu oleh cewek-cewek yang mendekatinya, jadi ketika mereka bertanya
“Apakah kamu dan Kitaoka berpacaran”
dia tidak menyangkalnya”
'Kayaknya dia terganggu oleh gadis-gadis yang mendekatinya'
entah bagaimana malah seperti hal yang mewah
untuk dikatakan, tetapi karena Kimura populer dan tampan, dia hanya bisa
mengangguk setuju. Daripada harus menolak satu per satu, tidak masalah
jika dia memberi tahu mereka bahwa dia punya pacar dan kedua belah pihak
mungkin bisa melanjutkan tanpa perasaan sulit.
Tapi…
Mengesampingkan frustasiku, Kitaoka melanjutkan ceritanya
“Jadi, sebelum musim
panas sepertinya dia membuat langkahnya
dengan kaka perempuanku, dan setelah itu dia tiba-tiba menjadi tenang dan
menjauh sedikit.”
“Jadi, pada dasarnya…”
"Siapa
tahu? Mungkin itu berjalan dengan baik?”
Dia dengan singkat
mengakhiri ceritanya. Bagaimanapun, itu tidak masalah bagi ku. ‘Bukan urusanku’
Sepertinya
dia ingin mengatakan itu.
Aku butuh beberapa saat
untuk memproses situasi yang tidak terduga ini. Kakak perempuan
Kitaoka. Aku tidak tahu wanita
seperti apa dia, tapi karena Kimura begitu tergila-gila padanya, aku pikir dia bukan wanita biasa. Bagaimanapun, jika
sepertinya itu berjalan dengan baik maka tidak apa-apa.
Dalam percakapan tadi, Dari apa yang
dapat ku simpulkan, itu adalah Kitaoka adiknya, yang harus mengalami dampak
buruknya. Kimura
memanfaatkan Kitaoka dan hasilnya dia dicap sebagai ‘Bekas Kimura' dan sejenisnya.
Aku tidak berpikir dia (kitaoka) cukup lembut untuk diam-diam menoleransi setelah
dimanipulasi sejauh itu. 'Mungkinkah
ini berarti ...' Aku mendapatkan
ide ini dengan perlahan.
“Kitaoka, bagaimana
denganmu? Bukankah kamu menyukai Kimura?”
Jika dia menyukainya
maka dia mungkin memiliki perasaan seperti 'Selama
kita bisa bersama maka tidak apa-apa,' atau 'Aku ingin membantunya,' pikir ku. Jika itu benar-benar
terjadi, maka dia tidak bisa benar-benar merasa terlalu buruk untuknya.
Untuk sesaat sepertinya
dia
(kitaoka) berpikir untuk
mengatakan ya, tetapi dia segera memasang wajah tegas.
“… Kenapa kau
menanyakan itu padaku?”
Aku memikirkan balasanku. Alasan aku menanyakan perasaan Kitaoka yang sebenarnya adalah,
jika aku harus memikirkannya, hanya rasa ingin tahu dan
tidak lebih.
Aku hanya terbawa suasana
dan menanyakan sesuatu yang aneh. Meskipun aku adalah orang luar yang tidak ada hubungannya sama
sekali. Dan juga itu bukan urusanku untuk mengorek kehidupan pribadi perempuan
ini.
Pandangan curiga
dilemparkan ke arah ku dan punggung ku tiba-tiba menegang. Kitaoka memalingkan
wajahnya ke bawah dan meremas dengan suara gemetar
“…Ngomong-ngomong,
hubunganku dengan orang itu sama sekali tidak
seperti itu, dan aku tidak pernah memiliki niat seperti itu. Disalahpahami
meskipun sangat menjengkelkan. ”
"Ah maaf…"
Aku meminta maaf dengan
suara kecil dan, hampir seperti suara itu tidak mencapai telinganya, dia
mengabaikannya dan mengeluarkan smartphone-nya dari saku
seragamnya. Mengoperasikannya dengan satu tangan, dia bergumam sambil
melihat pesan yang terkirim di sana.
“Ini dari Miyu… aku
harus pergi”
Dengan
"Baiklah," dia dengan cepat berdiri. Kemudian rok pendeknya
melambai saat dia dengan cepat mencoba pergi. Sekarang dia pergi, Kitaoka
pasti marah.
Saat dia pergi, aku hanya melihat sedikit ekspresinya, tetapi bukannya
marah, dia tampak sedih. Melihat tatapan yang sunyi dan kesepian itu, aku memanggil untuk menghentikannya dengan tergesa-gesa.
“U-Um, hei”
Kitaoka
berhenti. Meskipun aku mencoba
menghentikannya, bukan berarti aku lupa mengatakan
sesuatu padanya.
Aku tidak ingin
membiarkannya pergi dengan wajah seperti itu. Saat ini punggungnya
menghadap ku, apapun itu
dengan lelucon dan sebagainya, aku ingin melihatnya tersenyum sekali lagi.
“Terima kasih untuk
gelas dan roti ini. Kau benar-benar menyelamatkanku”
Saat aku menyampaikan
rasa terimakasih yang tulu kepadanya,
bahunya bergetar.
“Juga, maaf karena
tidak datang untuk menonton pertandingan. Aku benar-benar berniat untuk
pergi pagi ini.”
Semangatku hilang ketika
aku bertemu dengan trio (di supermarket) dan berakhir dengan tidak datang. Tetapi saat aku pergi ke toko serba ada, aku berpikir untuk menonton
mereka di gym, ini adalah kebenaran.
Itu sebabnya jika ini
merusak kepercayaannya pada ku, itu akan
menjadi kesalahpahaman. Ini tidak seperti aku melupakan janjinya dengan dia. Melihatnya
memukul bola dari court, pasti akan
sangat menyenangkan. Aku berpikir jika bola busuk itu
tidak mengenai ku, maka bersama dengan
Yasuki dan semua orang di kelas, aku akan pergi ke
pertandingan di sore hari.
Kitaoka perlahan
menoleh ke samping. Ekspresi wajah itu entah bagaimana sepertinya
mengungkapkan kelelahan.
"kepala…"
Sebuah suara kecil
mencapai telinga ku. Apakah dia baru
saja mengatakan 'kepala?'
Beberapa saat sebelum aku bisa bertanya, dia melanjutkan kata-katanya.
"Hati-hati. Karena
semua orang khawatir”
Sambil mengatakan itu
dengan suara melengking, Kitaoka meninggalkan ruang kelas dengan cepat
Aku yang di tinggal hanya berdiri di sana dengan linglung untuk beberapa
saat. Ketika dia menyadarinya, matahari jingga mulai terbenam, membuat
bayangan pada meja semakin melebar.








Posting Komentar
Posting Komentar