Koi Nante Chapter 4

Posting Komentar


 Cool Guy

Ditolak oleh Katsuya minggu depan juga, Aku sedang berdiri di peron Toubousen di Stasiun Chiba sendirian ketika Kitaoka muncul.

“Hei, aku tidak terlalu peduli, tapi sejak pagi ini rambutmu benar-benar berdiri, tahu? Apakah kamu tidak melihat ke cermin?"

Ketika he mencoba memikirkan alasan, kereta tiba. Kami akan bersama sampai perhentian ku.

Ini aneh…

'Apa yang terjadi dua kali akan terjadi yang ketiga' katanya, tetapi aku bertanya-tanya apakah ini benar-benar kebetulan. Jumlah kereta api yang berangkat dari Tokyo memang sedikit, namun hingga saat ini kami belum pernah bersama saat pulang. Hanya di sini tiba-tiba. Aku pikir itu aneh.

Empat minggu telah berlalu sejak pergantian seragam untuk musim sebelum aku menyadarinya. Hari itu course di prep school berlangsung lama, dan aku nyaris ketinggalan kereta.

Melewati gerbang tiket dengan cepat, aku berlari menuruni tangga ke peron dengan tergesa-gesa. Tapi saat turun, suara kejam dari kereta berangkat mencapai telinga kuEntah bagaimana, ada margin yang sangat kecil antara aku datang dan kereta pergi.
(Keretanya berangkat tepat ketika dia datang ke perron)

'Mau bagaimana lagi,' aku menuruni tangga dengan perasaan seperti buang-buang tenaga saja. Setelah mencapai bagian bawah, aku mengenali gadis mengenakan seragam yang duduk di bangku.

Rambut halus dan rok pendek. Itu adalah Kitaoka. Kereta baru saja berangkat beberapa saat yang lalu, tetapi dengan santai mengetuk-ngetuk smartphone-nya, dia tampaknya tidak ketinggalan naik kereta. Rasanya lebih seperti dia telah duduk di sana sejak beberapa waktu yang lalu.

'Mungkinkah?' Yasuki menyadari. Apakah dia menunggukuFeeling seperti itu seperti tak terbayangkan, melihat tatapan sedihnya dari samping aku dengan tegas memanggil.

“Kitaoka”

Dia melihat ke arah ku. Ketika aku memasuki pandangannya, untuk sesaat, sepertinya matanya menipis.
(Kitaoka tersenyum dan matanya sedikit menurun)

Oh…

Aku merasakan dadaku ditusuk. Kemudian detak jantung ku menjadi lebih cepat dan aku diserang oleh sesak napas yang tidak aku pahami penyebabnya. Namun perhatian ku teralihkan oleh pengumuman dari platform, dan ketika aku melihat kembali ke Kitaoka, dia kembali ke tatapan masamnya yang biasa.

Apakah itu imajinasiku…

Meskipun aku merasa dia terlihat tersenyum kepadaku tadi, bagaimanapun juga itu sepertinya imajinasiku

"…Kamu terlambat"

Dia mengutarakan keluhannya. Dari suara kasar itu, aku tidak bisa merasakan sedikit pun pertimbangan. Begitu aku mendengar itu, hati ku yang tenang seperti sebelumnya adalah sebuah kebohongan.

"Tidak, yah, course nya agak lama ..."

Sementara aku belum selesai menjelaskan, Kitaoka menunjuk ke bangku yang dia duduki di samping barang-barangnya dan berkata "Untuk saat ini, kamu harus duduk," dan mulai bermain dengan teleponnya lagi.

Aku duduk di bangku dan mengintip wajah Kitaoka di samping sementara matanya tidak pernah meninggalkan layae di tangannya.

'...Kamu terlambat,' aku bertanya-tanya apakah itu berarti dia menunggu ku. Tapi karena itu sebelumnya bukan sambutan yang hangat, kereta sebelumnya bisa saja berangkat atau dia berada di kereta lain dan tidak bisa naik yang itu, hal-hal itu juga mungkin. Aku tidak mengerti dengan baik tindakan cewek ini. Aku merasa memikirkan itu semua sia-sia saja.

Aku menghela napas sambil melihat ke langit, dan tak lama kemudian tatapan ku jatuh ke ujung sepatu yang aku kenakan.

Allstars (sepatu kets yang Yasuki pinjamkan) yang Kitaoka kembalikan pada ku hari itu, solnya mulai pudar, dan segera tampaknya peran mereka akan berakhir.
(Sepatunya udah mau memudar dan gak bisa dipake lagi)

Tak lama kemudian, kereta yang berangkat dari Tokyo muncul. Ada dua tempat terbuka di dekat pintu masuk secara kebetulan, jadi Yasuki dan Kitaoka bisa duduk di sana. 

Tapi sama seperti biasanya, tidak ada percakapan. Kenapa kami bersama, pikirku.

Meskipun Kitaoka duduk di sebelah ku, dia kebanyakan hanya bermain dengan ponselnya seperti sekarang. Daripada 10 menit, aku merasa dua atau tiga menit percakapan akan merasa lebih baik.

Dia pasti hanya kesepian kembali dari prep school sendirian, pasti ituCewek gak terlalu pandai melakukan sesuatu sendirian. Itu sebabnya meskipun aku adalah teman sekelas yang biasanya tidak dia ajak bicara, lebih baik menunggu ku daripada pergi sendiri. Itulah alasan yang aku pahami.

Ketika kami melewati stasiun kedua, Kitaoka akhirnya memasukkan benda itu ke dalam tasnya dan memanggil ku.

“Kalau dipikir-pikir, lusa adalah turnamen ballgame”

Ah, sesuatu seperti itu terjadi, aku ingat.

SMA ku mengatakan 'Agar tidak mengganggu pelajaran' festival atletik diadakan pada bulan Mei. Sebagai gantinya, ada turnamen ballgame “olahraga musim gugur” yang diadakan pada bulan Oktober. Tampaknya alasannya adalah bahwa turnamen membutuhkan persiapan yang lebih sedikit. Karena itu di antara kelas, beberapa siswa menjadi sangat bersemangat.

Setiap tahun permainannya berbeda. Tahun ini, anak laki-laki kelas tiga bermain sepak bola, sedangkan anak perempuan bermain bola voli.

“Kamu tim yang mana? Tim A atau Tim B?”

Aku di B”

Kelas F tahun ketiga memiliki banyak anak laki-laki, jadi mereka memisahkan menjadi dua tim. Untuk saat ini, mereka sama-sama mengincar kemenangan, dengan Tim A mengumpulkan semua orang yang pandai olahraga, dan semua orang yang tersisa, termasuk aku, di Tim B.

Kitaoka bertanya dengan lesu.

“B, ya? Lagipula, kamu buruk dalam berolahraga? ”

'Ada apa dengan ‘bagaimana juga', pikirku sambil menjawab dengan acuh tak acuh.

Gak, gak sejauh itu … tapi permainan bola tidak bagus, kurasa.”

Di sekolah menengah aku adalah anggota tim lari, dan aku meninggalkan hasil yang normal. Itu sebabnya aku sebenarnya tidak sepelan kelihatannya, tapi aku juga tidak terlalu bangga, jadi aku diam.

Yang cewek hanya punya satu tim, jadi datanglah bersorak untuk kami saat kamu senggang.”

"Mengapa?"

Ketika Aku mulai menanyakan pertanyaan ini, Kitaoka membuka matanya seperti dia terkejut.

“'Kenapa' kamu bilang… kita sekelas, jadi wajar kan? Lebih tepatnya, karena kamu terlalu jauh dari cewek yang lain

Cara dia mendorong ku dengan kata-kata yang nyaman seperti 'wajar' membuat ku kesal. Jika itu masalahnya, apakah kalian akan mendukung pertandingan Tim B, aku ingin bertanya.

Kamu bilang begitu, tapi jika itu tim cewek, mereka tidak akan terlalu senang jika kita (cowok) datang untuk menghibur mereka juga, aku yakin”

Tanpa pikir panjang, aku mengatakan itu. Jika aku pergi ke pertandingan gadis-gadis yang awalnya tidak berhubungan baik dengan ku, aku tidak terlalu peduli apakah mereka menang atau kalah dan itu akan mengganggu para cewek jika sekelompok pria yang tidak tampan datang untuk menatap mereka, bukan? Jika itu masalahnya, maka akan lebih baik bagi kedua belah pihak jika mereka tetap berada di kelas dan mengobrol atau bermain game sekedar menghabiskan waktu.

Untuk ini, Kitaoka yang awalnya tampak cemberut, lebih lanjut mengerutkan alisnya dan menyangkal ku.

“Padahal itu tidak benar sama sekali. Itu hanya kamu membuat dinding mu sendiri. Aku pikir kita semua ingin berteman sama seperti yang lain.

“Hah, begitukah?”

"Iyakamu bahkan belum berbicara, jadi tidak mungkin kamu bisa memahami pihak lain. 'Iijima selalu nongkrong di kelas dengan cowok, mungkin dia tidak suka cewek' adalah apa yang mereka pikirkan. Itu sebabnya cewek-cewek itu takut dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa.”

Jawaban yang tak terduga membuat telinga ku sakit. Tentu saja, cewwk ini kejam di tahun pertama, tetapi di balik permukaan itu hanya karena alasan lemah ini (prolog). Sejak itu lebih dari dua tahun telah berlalu, mungkin sudah waktunya untuk mengubah cara berpikirku.

Namun, gadis-gadis memiliki kolaborasi samping yang kuat dan mereka memiliki hal-hal yang mereka buruk juga…  Aku, yang masih ragu-ragu, punggung tangan ku ditepuk oleh Kitaoka saat dia berbicara.

“Ngomong-ngomong, kamu harus bergaul lebih baik dengan para cewek. Untuk alasan itu, datanglah dan lihat setidaknya sekali lusa nanti. ”

Punggung tangan ku terasa kesetrum. Bahkan jika tindakannya lebih dari ini, karena aku bukan tandingannya, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menjawab dengan "Aku mengerti"

Cuaca musim gugur yang cerah pada turnamen ball game sangat tinggi. Awan cirro-cumulus bertebaran, mengambang di langit biru. Angin yang bertiup dengan tenang terasa kering. Mungkin bisa dikatakan bahwa itu adalah cuaca terbaik untuk olahraga.

Tepat setelah upacara pembukaan di lapangan olahraga dihadiri oleh seluruh sekolah, orang-orang yang berpartisipasi dalam pertandingan, orang-orang yang bersorak, dan orang-orang yang siaga di kelas berpisah menjadi kelompok-kelompok kecil.

Kelompok ku dari tim B kelas F tahun ketiga telah mendapat pertandingan pertama dalam undian, jadi dengan itu kami berada di lapangan bola. Tim lawan adalah kelas R. Mereka adalah sekelompok anak laki-laki yang sangat pintar dalam sains bahkan di sekolah.

Untuk kenyamanan waktu, itu akan menjadi satu pertandingan panjang 40 menit tanpa babak kedua. Bertentangan dengan ekspektasi, tim B 'Leftovers', kami bertarung dengan baik. Hasilnya adalah kemenangan dengan selisih tipis 2 banding 1 (Namun, kelas R juga seharusnya memiliki jumlah orang yang pandai berolahraga, jadi bisa jadi mereka sedikit menahan diri. 'Karena kami ingin untuk belajar' kita ingin cepat-cepat pulang, bisa jadi seperti itulah dugaan ku).

“Katsuya, aku akan pergi ke 7/11 sebentar”
(seven eleven, mungkin kek indomaret)

Setelah pertandingan, aku dengan lelah memanggil KatsuyaAku hampir tidak bisa menyentuh bola, dan aku berkeringat di balik jersey karena habis berlarian. Bagaimanapun, aku menginginkan sesuatu yang dingin, jadi aku memutuskan untuk pergi ke toko serba ada di sebelah sekolah.

Katsuya berkata "Baiklah" dan mengangkat tangan saat melihat ku pergi. Berjalan sendirian dengan toko serba ada sebagai tujuannya, ketika aku melewati bagian belakang gym aku bisa mendengar sorak-sorai dari gadis-gadis yang datang dari arah itu. Jika aku ingat benar, gym seharusnya menjadi tuan rumah pertandingan bola basket putra tahun kedua dan pertandingan bola voli putri tahun ketiga.

Aku tiba-tiba berpikir 'kapan pertandingan perempuan kelas kita', aku bertanya-tanya? Sehari sebelum kemarin dalam perjalanan pulang dari prep school, Kitaoka memarahi ku dengan mengatakan "Datanglah dan lihat setidaknya sekali." Bukannya aku sangat khawatir dengan kata-kata itu, tetapi jika setelah itu dia berkata "Kamu melanggar janjimu" aku akan bermasalah.

...ketika aku kembali dari berbelanja mungkin aku akan mencoba menunjukkan wajahku dengan berpura-pura mencari seseorang, pikir ku dalam hati.

Di toko serba ada tepat di luar gerbang belakang sekolah, ada siswa dengan kaus selain aku. Dilarang meninggalkan halaman sekolah pada siang hari, tetapi sementara mereka tidak secara terbuka mengatakan 'baiklah', pada kesempatan ini mereka memberikan persetujuan diam-diam.

Saat aku berada di depan pojok pendingin, memikirkan 'Teh kantong kertas, 500ml 70 yen dan 1000ml 20 yen yang harus kudapatkan,' trio anak laki-laki berbaris di pojok onigiri di sebelah ku.

Mereka mengenakan kaus hijau yang sama dengan ku, jadi mereka mungkin kelas tiga dari sekolah. Namun, aku tidak tahu nama mereka. Mereka semua memiliki gaya rambut slicked back yang sama dengan hard wax dan di atas itu tinggi mereka bahkan sama, jadi untuk sesaat aku berpikir 'Triplets…?'

“Eh, pesan”

"Dari siapa?"

“Matsuri. 'Aku sudah kalah di game pertama~' katanya”

Ketiganya terkekeh. Kemungkinan besar Matsuri adalah pacar salah satu dari mereka. Bahkan jika aku tidak mencoba untuk mendengarkan, jaraknya pendek sehingga percakapan mereka secara alami memasuki telinga ku.

Akhirnya, fakta bahwa salah satu di antara kelompok, 'Takkun' tidak punya pacar muncul. Sambil mendengar tentang itu, aku mengulurkan tangannya ke yang besar. 'Jika aku membeli 1000ml 20 yen, aku bisa membagi sisanya ke Katsuya'

"Yah, Takkun, bagaimana dengan Ema-chan."

Aku tiba-tiba menghentikan gerakan ku dengan kata yang tidak terduga.

…mungkinkah mereka membicarakan Kitaoka?

Tidak memperhatikan ku sama sekali, percakapan ketiganya berlanjut.

"Ohh, kelas F yang satu itu?"

"Ya. Sepertinya yang itu bebas sekarang ”

"Itu benar. Wajahnya imut sekali”

Benar? Sisi lain berkata dengan bangga. “Gaya rambutnya saat ini juga bagus, kan” dan sejenisnya adalah hal-hal yang mereka katakan. Tidak diragukan lagi bahwa mereka sedang membicarakan Kitaoka sendiri.

Aku tidak tahu seberapa dekat mereka bertiga dengan Kitaoka, tapi sepertinya karena mereka menonjol maka mereka bisa mengangkat topik seperti itu. 'Seperti yang diharapkan dari anak-anak ini,' sementara aku memiliki kekaguman aneh semacam itu, 'Takkun' yang tanpa pacar menggerutu karena tidak puas dengan 'Eh-'

“Tapi, dia bekas Kimura, kan”

Dengan kaget, punggung menegang. Kimura, ikemen unggulan dari kelas sebelah. Sampai awal tahun ini dia dan Kitaoka sering terlihat bersama, tapi pasti hubungan seperti itu.

Mulai sulit untuk bernapas. Aku tidak tahu mengapa aku harus berpikir seperti ini, dan aku bahkan tidak ingin mendengar obrolan tidak berguna semacam ini, tapi bagaimanapun aku tidak bisa bergerak bahkan satu langkah pun dari tempat itu.

Dua yang tersisa melanjutkan olok-olok mereka.

“Hah, mereka tidak memiliki hubungan seperti itu, kan? Dia imut dan memiliki dada besar yang tak terduga, dan dia terus terang sering minta tolong.”
(gak paham tl yang ini kek gimana)

“Kamu benar-benar suka yang segar, ya Takkun”

Sejak tadi, bekas dan segar… Perempuan bukanlah barang. Aku tahu bahwa mereka bertindak terlalu jauh karena mereka adalah teman, tetapi itu adalah pernyataan yang tampaknya mengabaikan kepribadian orang yang bersangkutan, dan kemarahan ku perlahan menjadi panas.

Meskipun aku dapat mengatakan bahwa seseorang dari kelas yang sama ada di sini dengan pandangan sekilas, apa yang mereka lakukan melanjutkan pembicaraan semacam ini, pikir ku. Apa yang akan mereka lakukan jika aku memberitahu Kitaoka tentang cara mereka membicarakannya?

Tapi…, mereka mengerti. Bahkan jika Yasuki dengan malu-malu mengatakan 'Hentikan' dengan penuh keberaian, awalnya Kitaoka adalah dari kelompok gadis yang menonjol dan bukan tipe orang yang bisa didekati.

Karena kepengecutan ku, aku menggertakkan gigi ku. Bahkan saat itu aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya diam dan berpura-pura tidak mendengarnya, membiarkan mereka lewat adalah semua yang aku lakukan. Tidak peduli berapa banyak konflik yang ada, dalam kehidupan ku sebagai support character, aku tidak dapat menemukan apa pun yang membuat ku serius.

“Tidak, tidak apa-apa jika hanya sekali. Menjadikannya pacar sedikit…”

"Tidak apa-apa hanya sekali?"

Sementara negosiasi ini berlangsung, ketiganya pergi. Aku yang tersisa memegang teh kantong kertas di tangan tanpa kekuatan apa pun, dan meninggalkan toko serba ada di belakang setelah terhuyung-huyung ke kasir.

Dia melewati Gym lagi. Tapi "bekas Kimura" yang aku dengar tadi tidak mau hilang dari kepala ku, dan aku lewat tanpa mampir dan menuju ke kelas.

Kemudian, sampai pertandingan berikutnya, bersama dengan Katsuya dan kelas tiga yang berhubungan baik dengan ku, kami menghabiskan waktu di kelas lain. Kami pergi untuk melihat pertandingan tim A sebentar, tapi kami kembali ketika sepertinya kemenangan sudah pasti.

Babak kedua perempat final akan digelar sebentar lagi, dan merupakan pertandingan terakhir pagi itu. Lawannya adalah tim A, yang menang beruntun keseleruhan dari kelas G

Mereka semua berkumpul di halaman ketika saatnya tiba. Mengenakan pinnies yang diberikan1, kami membentang mengambil posisi.

“Jika mereka menang, final mungkin berada di antara kelas yang sama.”

Yang mengatakan ini dengan nada riang adalah penjaga gawang tim A yang tangguh, Uchida. Uchida yang terbawa suasana di ruangan yang sama di kamp pelatihan pergi untuk menyemangati teman-temannya di tim B karena "Kami teman di kelas yang sama."

Berjuang dan semoga berhasil! mengatakan ini Uchida mendorong punggung mereka yang berbaris. Menghadapi setiap tim A kelas G yang tampak cukup gesit, ada perbedaan yang jelas dari tim A mereka sendiri yang kalah, memiliki banyak orang pendek dan gemuk.

Dan di sana, pada akhirnya Aku berdiri berhadap-hadapan dengan Kimura Shin… mantan pacar Kitaoka.

Kimura berdiri 16Ocm, lebih dari 10cm lebih tinggi dari ku, dengan mata besar, mulut besar, dan fitur mencolok yang mengikuti pangkal hidungnya. Rambutnya agak panjang sehingga ujungnya menempel dan dia memiliki ekspresi halus seolah-olah ada sesuatu yang lucu, lebih jauh lagi, dia memiliki penampilan liar yang aneh. Selain itu, lengan dan kakinya lebih panjang dan meskipun kami seharusnya mengenakan kaus yang sama, itu terlihat bagus.
(entahlah, ini 170 atau 160. Bisa aja 180)

Aku menatap wajah Kimura. Ketika mata kami bertemu, Kimura tanpa rasa takut membalas dengan tawa

Dia sangat keren, sial…

Aku juga laki-laki, tapi aku harus mengakuinya. Aku tak tahu orang seperti apa dia di dalam, tetapi dalam penampilan, dia adalah pria paling tampan di tahun yang sama denganku (angkatan)Tiga orang yang sebelumnya (pas di toserba) bukan tandingan Kimura. …tentu saja, bahkan aku juga.

Peluit tanda Kickoff sudah dibunyikan. Aku yang dipercayakan sebagai center, menyaksikan bola sambil mengabaikan pikiran suram yang ada dan berlari melintasi lapangan.

Sekitar 5 menit setelah pertandingan dimulai, kelas G dengan cepat memimpin, dan setelah itu segalanya berpusat disana.

Tetap saja, kami entah bagaimana berhasil menghentikan skor lebih lanjut, tetapi pada tingkat ini kami akan dikalahkan.

“Ganbare–!”

"Disana! Rebut darinya!”

Sorak-sorai kelompok Uchida bergema. Jika kami entah bagaimana bisa mendapatkan satu poin, kami bisa mengejar ketinggalan. Namun, gol sangatlah jauh jaraknya.

Tiga puluh menit pertandingan telah berlalu, tidak banyak waktu tersisa.

Dan, pada saat itu–

(Ah!)

Bola sedang diperebutkan di depan gawang tim, dan bolanya jatuh di depan ku yang berada di pinggiran.

Tidak ada teman di lokasi yang aman untuk di operDengan musuh semua menuju ke arahku, aku terus menggiring bola.

"Iijima!"

Aku menghadap ke depan di mana namaku di panggil. Ada teman sekelas yang pandai sepak bola di antara tim ku yang berlari menuju gawang.

Aku mungkin bisa mencapainya. Saat ini aku berpikir mencoba menendang keluar.

Seperti angin yang lewat, pandangan ku menjadi gelap. Pinnie nomor 10 putih sisi lain melompat. Hal berikutnya yang aku sadari adalah bola menghilang dari kaki ku, dan hanya menendang udara.

Bola diambil. Sangat mudah. Dengan cepat memutar kepala ku, aku melihat nomor 10 Kimura membuat operan panjang ke sisi lain dengan mulus.

Sorak-sorai sampai ke telinga ku yang terkejut. Bola yang baru saja ia miliki, kini jauh ditelan net. Sebuah goal. Sampai beberapa detik yang lalu kami mengira itu seharusnya menjadi 'kesempatan untuk menyeimbangkan permainan,' tapi itu menghilang begitu saja seperti sebuah kebohongan.

Pada akhirnya, kami kalah 2-0. Sejak awal aku tidak berpikir kami akan menang, tapi mau bagaimana lagi itu menjengkelkan.

Mengapa, aku bertanya-tanya. Karena semuanya berjalan baik untuk sementara waktu? Hanya tinggal sedikit lagi ketika rintangan yang tak terbayangkan masuk. Aku ingat pemain musuh yang dengan mudah memberikan umpan yang merupakan segalanya bagiku di dalamnya (bola yang Yasuki bawa).

Kimura…

Dia keren sekaligus menyejukkan, jago olahraga juga bukankah itu tidak adil. Sangat berbeda dengan ku, yang tidak memiliki satu pun fitur khusus. Mereka mengatakan bahwa surga tidak pernah memberi mu dua hal, tetapi bukankah itu bohong? Aku mulai membenci tuhan.
(pepatah di jepang keknya)

Namun, meskipun aku sudah tahu tentang Kimura sejak lama, mengapa aku menjadi sangat kesal sekarang?  Aku tidak begitu antusias dengan turnamen, Aku tidak benar-benar mengerti diriku sendiri.

Untuk saat ini, untuk mendinginkan kepalanya, aku pergi ke tempat minum di tepi lapanganJika aku membasuh wajahku sedikit, mungkin suasana hatiku akan lebih baik.

Di lapangan, selain sepak bola, ada juga  anak laki-laki tahun pertama bermain bola voli luar ruangan dan untuk anak perempuan tahun kedua bermain softball.

Aku melewati tempat permaianan bola voli luar ruangan. Di dekat ku, ada dua gadis berbaju ungu yang mengenakan seragam kelas satu datang untuk menyemangati teman sekelas laki-laki mereka. Duo yang penampilannya sederhana ada di sana, tetapi dengan perasaan pahit aku berpikir 'Lagi pula, orang-orang itu selalu bersorak untuk orang-orang ganteng.'

Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba mengangkat wajah dan melihat titik putih di langit biru.

Titik itu semakin besar. Itu adalah bola sofbol. Sepertinya ada yang memukul ball foul dengan kuat disana. Kedua gadis di sebelah situ sama sekali tidak menyadarinya. Ini buruk, pada tingkat ini itu akan mengenai mereka–

"Itu berbahaya!"

Begitu aku mendorong ke dua gadis ke samping, rasa sakit menyebar dari bagian belakang kepalaku

Aku merasa semua tenaga ku hilang. Betapa bodohnya. Saat mencoba menyelamatkan kedua gadis itu, aku malah membawa kesialan dan bola mengenai kepalaku.

"Kamu baik-baik saja!?”

Suara seorang gadis memanggil, tetapi aku tidak memiliki kekuatan di kaki ku

Merasakan keadaan Yasuki yang tidak biasa, orang-orang berkumpul satu demi satu. Dia ingin berdiri dan mengatakan itu bukan apa-apa, tetapi ketika kepalanya berputar dia jatuh ke tanah. Pada saat itu "Kyaa" suara melengking naik ke sekitarnya.

"Apa yang kita lakukan? Ambulans?"

"Daripada itu, cepat panggil guru-"

Aku bisa mendengar percakapan itu, namun aku tidak memiliki kacamata sehingga aku tidak bisa melihat dengan baik. Sepertinya itu jatuh ketika aku terkena bola. Akhirnya dari sisi sekelompok orang, aku melihat seorang pria yang mengenakan jersey ungu yang sama muncul.

“Kalian berada di tengah-tengah pertandingan, kan? Aku akan membawanya ke UKS.”

Anak laki-laki itu mengangkat ku, berkata "bertahanlah" sambil menggendong ku, dan mulai berjalan.

"Apakah kamu baik-baik saja Iijima-kun?"

Sambil bertumpu pada punggungnya yang lebar, Aku berpikir dengan kesadaran yang memudar

Mungkinkah suara ini-

Kimura dari kelas sebelah?

“… halo, halo?”

Tubuh kutersentak dan aku terbangun. Tanpa mengingat apapun, aku melihat seprai putih dan bantal putih. Aku tidak tahu wajah orang yang memanggil ku, tapi itu terdengar seperti wanita paruh baya.

Saat aku bangun, wanita itu berbicara kepada ku dengan suara lambat.

"UKS sudah ditutup, tapi bagaimana perasaanmu?"

...jadi dari apa yang dia katakan, ini sepertinya tempat tidur UKS dan aku segera mengerti bahwa dia pasti perawat di sekolah.

“Ya, aku baik-baik saja…”

Saat menjawab, aku ingat kepalaku kena hantam bola dan dibawa kesini oleh Kimura dari kelas sebelahAku kemungkinan besar kena gegar otak ringan dan diberitahu bahwa penting untuk beristirahat sambil berbaring di ranjang.

Sepertinya aku akhirnya tertidur lelap, dan dari jendela cahaya matahari yang memudar mengalir masuk. Penyebabnya sepertinya adalah kebiasaan ku kurang tidur dari belajar ditambah berlarian terus di turnamen permainan bola.

Perawat, menghela napas lega, memberi tahu ku, "Jika kamu merasa mual atau apa pun untuk minggu depan, pastikan kamu pergi ke rumah sakit, oke." Mungkin baik-baik saja, pikirku, tetapi aku mengangguk dan berkata, "Aku mengerti."

Aku mencari disekitar bantal untuk kacamataku, tetapi dia tidak dapat menemukannya. Itu pasti lepas saat aku pingsan, tapi seharusnya benda kek gitu gak layak buat dicuri

Mungkin saja seseorang akan menemukannya dan memabwa ke kelas. Dengan hati-hati turun dari tempat tidur, aku menundukkan kepalaku dan mengcuapkan terimakasih banayak, dan meninggalkan perawat dibelakangku.

Dengan penglihatan yang redup, aku menaiki tangga menggunakan indra kudan menuju ke kelas.

Tampaknya turnamen telah lama berakhir. Sekolah benar-benar sepi, suara klub olahraga dan latihan alat musik tiup bergema di lorong-lorong dan di dalam kelas itu sendiri.

Aku meraba jalan ke kelas F tahun ketiga, dan di papan tulis 'Kita berhasil! Boys A team Victory' ditulis dengan huruf besar dengan kata-kata dan gambar yang menutupi area di sekitarnya.

Begitu, mereka menang ...

Kelas G yang mengalahkan tim B mereka sepertinya tidak menang. Mungkin teman-teman sekelasnya mengambil kesempatan dari kekalahan tim kuAku tahu itu serakah, tapi entah bagaimana aku merasa lega.

Aku mendekati mejaku di dekat jendela. Di atas meja ku ada ransel yang aku gunakan saat pergi dan pulang sekolah, dan di atasnya seseorang dengan ringan meletakkan selembar kertas.

'Yassan, apa kamu baik-baik saja? Aku akan pergi ke afterparty (Party mungkin), tapi jika terjadi sesuatu hubungi aku, oke?'

Hanya dengan mendekatkan kertas sampai kehidungku, aku bisa membaca apa yang tertulis di sana. Tulisan itu adalah milik Katsuya.

Dilihat dari sudut matahari, sekarang sekitar jam 4 sore. Turnamen bola pada dasarnya seharusnya sudah berakhir sekitar 2 jam yang lalu, jadi mungkin sudah terlambat bahkan untuk afterparty.

Tapi kemana kacamata ku pergi, aku bertanya-tanya. Aku mencari di bagian atas meja, tetapi aku tidak merasakan apa-apa. Terhadap aku yang kebingungan, sebuah suara yang familiar terdengar.

"I ~ jima"

Aku menoleh ke arah suara. Di sekitar pintu masuk kelas ada seorang gadis mengenakan seragam. Dengan rambut panjangnya yang bergoyang, dia datang ke arah ku.

Jantung ku berdebar. Ketika dia berdiri di depan ku, tanpa mengatakan apapun, dia mengangkat tanganku.

Dengan suara kecil, sesuatu didorong ke tanganku

“Kacamata… aku mendapatkannya dari Shin”

Dengan tergesa-gesa aku meletakkan benda di tanganku ke telinga (mengenakan kacamata), Kitaoka Ema masih mengawasi ku dengan cermat.

Eh…

Dengan Shin, maksudnya mungkin Kimura. Kitaoka meletakkan kantong plastik putih di tangan kanannya di atas meja dengan bunyi gedebuk, sementara aku masih kaku di tempat.

"Juga di sini. Kau melewatkan makan siang kan? Aku akan memberikannya padamu.”

Aku mengambil tas di tanganku dan melihatnya. Melihat ke dalam ada jus apel yang dikemas dengan kertas dan dua roti manis.

Bahkan jika aku mengatakan aku tidak membutuhkannya, itu hanya akan membuang-buang roti. Aku mulai lapar, jadi aku dengan patuh menerimanya.

“T-Terima kasih. Berapa harganya?”

Ketika aku bertanya sambil mengambil dompet dari dalam ransel, Kitaoka menjawab dengan suara pelan.

“…Aku tidak ingat”

“Tapi kalau kita lihat struknya kita akan tahu, kan? Sekitar 300 Yen?”

"Tidak apa-apa. …dan lagi pula aku berhutang padamu saat kamp pelatihan. Aku akan memberikannya padamu”

…hutang sejak saat itu.. Aku pikir itu sudah lama sekali. Sebaliknya, aku merasa telah sangat mengganggunya.

Namun, aku merasa jika aku tetap memaksa membayar, itu hanya akan memperburuk suasana hatinya. Jadi, aku diam dan menerima dengan patuh.

Aku berpikir untuk mengganti seragam dari jersey ku, tapi aku tidak bisa melakukannya di depan seorang cewek. Untuk saat ini aku duduk di kursi dan menggigit roti yang dibelikam sementara Kitaoka, tanpa pergi, duduk di kursi di depan ku dan menghadap ke belakang.

Aku berpikir mungkin dia memiliki sesuatu untuk dilakukan, tetapi dia bersandar pada sikunya dan tidak mengatakan apa-apa. Dengan canggung duduk di seberang ku, Aku mulai berbicara dengannya.

“Bagaimana dengan pesta setelahnya? Apakah sudah berakhir?”

“… hanya sebentar, tapi aku pergi”

“Eh, begitukah. Maaf"

“Tidak, itu karena Averia dekat. Aku dipanggil ke ruang Konseling, jadi itu bukan masalah besar.”

Dia mengatakan dengan wajah yang terlihat terganggu. Averia adalah restoran keluarga murah yang berjarak 10 menit berjalan kaki dari sekolah. Kalau acara dipenuhi oleh siswa dari sekolah yang sama, mungkin aku juga akan pergi.

Hanya pergi ke sana dan kembali akan memakan waktu. Dia bilang dia dipanggil ke ruang konseling, tapi apa dia hanya bilang seperti dia tidak peduli atau jika dia benar-benar tidak peduli sama sekali, aku gak mengerti.

Tiba-tiba mengangkat wajah ku, di papan tulis aku melihat "Boys A Team Victory." Lagi. Tim cowok lainnya sepertinya melakukannya dengan baik, tetapi hasil dari tim para cewek tidak ku ketahui.

"Oh ya. Bagaimana permainan bola voli putri?”

Kitaoka segera menjawab pertanyaan ku.

"Kami lolos ke semifinal, tapi kami kalah."

“Ah.. aku mengerti”

Lebih cepat dari yang dia bisa katakan 'Itu memalukan,' tambah Kitaoka.

Dan kamu tidak datang.”

Melirik, aku dipelototi dengan mata melek. Namun, hanya aku yang tidak datang untuk melihat mereka seharusnya tidak bisa menurunkan peforma para cewek.

Aku mengerti itu cuma bercanda, tapi fakta bahwa aku tidak menepati janjiku adalah benar.

“… benar-benar minta maaf. Aku berpikir untuk pergi melihat.”

Sementara aku dengan lemah lembut meminta maaf, kerutan di dahi Kitaoka menghilang dan dia berbicara dengan suara yang sedikit lebih lembut.

Mau bagaimana lagi, kan. Lagipula kamu terluka. ”

Memang benar bahwa 'mau bagaimana lagi,' tapi jika aku menyadari bola itu lebih cepat mungkin aku bisa menghindarinya

Lagi pula, saat itu aku benar-benar tidak keren. Namun, cowok yang dengan gagah muncul dan membawa ku pergi–

“…Kacamataku diambil oleh Kimura-kun”

Mungkin ketika dia menggendong ku, dia menyadari kacamata ku jatuh dan memasukkannya ke dalam sakunya seperti itu atau semacamnya. Aku merasa seperti itulah yang terjadi.

Aku bersyukur, tetapi di sisi lain aku tidak bisa menahan gumaman ku yang pahit. Kitaoka menjawab dengan tenang seolah tidak melihat perubahan pada sikapku.

"Ya. Sepertinya dia datang ke tempat yang sama dengan teman-temanku. Kami terpisah dari mereka jadi pada awalnya aku tidak memperhatikan sama sekali, tetapi di lorong dia berkata 'Ini milik temen cowok di kelasmu.'”

Ceritanya sangat disingkat dan sulit untuk memahami siapa yang dia maksud, tetapi intinya adalah 'di restoran keluarga yang kami kunjungi untuk perayaan, Kimura-kun juga secara kebetulan pergi bersama teman-temannya. Kemudian ketika dia meninggalkan tempat duduknya, dia memberi Kitaoka kacamata,' mungkin itulah yang dikatakan.

Dia seharusnya sudah putus dengan 'Shin' tapi bahkan sekarang mereka masih terbiasa memanggil satu sama lain dengan nama depan. Mungkin gadis ini masih menyimpan perasaan padanya…

Well, bukan urusanku

Aku buru-buru menepis pikiran ini, dan dengan tegas menggigit roti kedua. Sementara aku merasakan tatapan di dahiku, Kitaoka bertanya seolah dia baru ingat.

“Iijima, apakah bola itu benar-benar mengenaimu di kepala?”

Ya, aku mengangguk, dan gadis yang duduk di depan ku tiba-tiba tertawa terbahak-bahak seperti sedang bersenang-senang.

“Kamu benar-benar melakukannya. Shin berkata 'Sepertinya dia meluncur untuk mengenainya,' kau tahu. Kenapa kamu tidak menghindar?”

"Tidak seperti itu. Ada seorang gadis di sana…”

Terhadap penjelasanku, Kitaoka mengangkat suara tinggi seperti itu tidak mungkin.

"Benarkah? Tapi kau berdua bisa menghindarinya. Bukannya aku percaya itu. ”

Aku juga cemberut, itu tidak berlebihan sih. Tentu saja aku berharap aku bisa bereaksi sedikit lebih cepat, tetapi inilah kenyataannya. Namun, itu untuk menyelamatkan orang lain sehingga tidak masuk akal bagi orang yang tidak berhubungan untuk mengejek ku.

Terlebih lagi, cwewk ini berbicara seperti Kimura sedang mengolok-olok ku, tapi aku cukup yakin dia hanya bermaksud mengatakannya seperti itu. Aku tidak banyak bertukar kata ketika aku diangkat olehnya, tapi aku tahu bahwa dia bukan seorang bajingan.

Pada dasarnya dia pasti orang yang hebat. Tidak hanya di luar, tetapi juga di dalam…

“Dia sangat keren… Kimura-kun itu”

Aku bergumam sambil terkejut dengan betapa kecilnya aku cemburu pada orang seperti itu. Kitaoka menjawab dengan enteng, sama sekali tidak menyadari keadaan kusaat ini.

“Eh? Yah, itu benar. Penampilannya juga bagus”

…Keberanian itu sebaliknya menjijikkan. Sejak hubungan keduanya menjadi rumit, mungkin dia melihat sisi buruknya. Walaupun begitu, dia tidak bisa untuk tetap tidak memujinya.
(intinya hubungan Kitaoka dan Shin yang buat mereka putus, Yasuki curiga begitu)

Seperti apa keadaan yang dilalui perempuan ini, aku bertanya-tanya. Berlawanan dengan ekspektasi, Aku akhirnya mengajukan pertanyaan ini.

"Eh, Kitaoka"

"Apa?"

"Kenapa kamu putus dengan Kimura-kun?"

Mendengar pertanyaan ku, matanya melebar sebagai jawaban.

"Hah?"

Aku terkejut dengan reaksinya, dan dia mengerutkan kening dengan sekuat tenaga dan mengeluarkan kalimat

"Putus dan segalanya... Kami tidak pernah pacaran dari awal."

“Eh?”

Tanpa disadari, aku mengeluarkan suara aneh. Aku membalas pertanyaan tanpa berusaha menyembunyikan kebingungan ku pada pernyataan mengejutkan darinya.

"Benarkah?"

"YaApa kamu memiliki bukti kami berdua dulu berpacaran?”

“Tapi.. Misalnya, dari awal tahun kalian berdua selalu bersama…”

“Bersama-sama sepanjang waktu tidak berarti ada orang yang pacaran. Ahh. Inilah mengapa otaku bermasalah.”

"Tidak tapi…"

Dari sekitar awal tahun kedua hingga tahun ketiga hingga ujian tengah semester tahun ketiga, apakah itu saat istirahat atau pulang, aku melihat mereka berdua berbicara dengan jelas di sekolah.

Itu sebabnya aku pada dasarnya yakin bahwa mereka berdua pacaran. Tidak mungkin hanya aku yang berpikir seperti ini. Saat aku berada di toko serba ada beberapa waktu yang lalu ada trio yang ku lihat. Jika mereka semua tahu maka aku berpikir bahwa semua orang mungkin mempercayai hal yang sama.

Mulut ku ternganga, sementara Kitaoka menjelaskan seolah itu menyakitkan.

Laki-laki itu… Ibu Shin dan ibuku, di SMA dulunya sekelas dan berteman, jadi ketika kami masih kecil, kami tinggal di lingkungan yang sama dan akan bermain di rumah satu sama lain sepanjang waktu.”

“Bukankah kalian teman masa kecil? Bukankah itu pola di mana cinta tumbuh dengan mudah?”

Aku tidak tahu banyak tentang itu tapi, Katsuya dengan penuh semangat memberitahu ku tentang 'Pentingnya karakter teman masa kecil dalam novel ringan dan eroge.' Aku tidak tahu bagaimana itu dalam kehidupan nyata, tetapi dengan seorang laki-laki tampan di sebelahnya, itu bukannya tidak wajar jika cinta tumbuh di antara mereka berdua (hanya feeling ku).

“Seperti yang aku katakan… Bukan seperti itu!”

Kitaoka menjadi kesal dan meninggikan suaranya. Mengapa dia begitu terganggu oleh ini, aku bertanya-tanya?

Aku hanya bisa duduk dan ternganga, Kitaoka menghela dan mengambil nafas yang penjung sebelum bergumam

"Orang yang disukai orang itu bukan aku, itu kakak perempuanku."

Eh, aku sepertinya akan mengatakan sesuatu lagi. Aku buru-buru menutup mulut ketika melihat sikap Kitaoka, sementara dia terus berbicara layaknya bendungan telah hancur (kisasan)

“Sejak dia kecil, dia seperti “Risa-chan, Risa-chan” sejak dia benar-benar mencintainya, kau tahu… Dan tahun ini sepertinya dia demam lagi; dia terus bertanya padaku 'Bagaimana kabar Risa-chan baru-baru ini?' kayaknya dia terganggu oleh cewek-cewek yang mendekatinya, jadi ketika mereka bertanya “Apakah kamu dan Kitaoka berpacaran” dia tidak menyangkalnya”

'Kayaknya dia terganggu oleh gadis-gadis yang mendekatinya' entah bagaimana malah seperti hal yang mewah untuk dikatakan, tetapi karena Kimura populer dan tampan, dia hanya bisa mengangguk setuju. Daripada harus menolak satu per satu, tidak masalah jika dia memberi tahu mereka bahwa dia punya pacar dan kedua belah pihak mungkin bisa melanjutkan tanpa perasaan sulit.

Tapi…

Mengesampingkan frustasiku, Kitaoka melanjutkan ceritanya

“Jadi, sebelum musim panas sepertinya dia membuat langkahnya dengan kaka perempuanku, dan setelah itu dia tiba-tiba menjadi tenang dan menjauh sedikit.”

“Jadi, pada dasarnya…”

"Siapa tahu? Mungkin itu berjalan dengan baik?”

Dia dengan singkat mengakhiri ceritanya. Bagaimanapun, itu tidak masalah bagi ku‘Bukan urusanku’ Sepertinya dia ingin mengatakan itu.

Aku butuh beberapa saat untuk memproses situasi yang tidak terduga ini. Kakak perempuan Kitaoka. Aku tidak tahu wanita seperti apa dia, tapi karena Kimura begitu tergila-gila padanya, aku pikir dia bukan wanita biasa. Bagaimanapun, jika sepertinya itu berjalan dengan baik maka tidak apa-apa.

Dalam percakapan tadi, Dari apa yang dapat ku simpulkan, itu adalah Kitaoka adiknya, yang harus mengalami dampak buruknya. Kimura memanfaatkan Kitaoka dan hasilnya dia dicap sebagai ‘Bekas Kimura' dan sejenisnya.

Aku tidak berpikir dia (kitaoka) cukup lembut untuk diam-diam menoleransi setelah dimanipulasi sejauh itu. 'Mungkinkah ini berarti ...' Aku mendapatkan ide ini dengan perlahan.

“Kitaoka, bagaimana denganmu? Bukankah kamu menyukai Kimura?”

Jika dia menyukainya maka dia mungkin memiliki perasaan seperti 'Selama kita bisa bersama maka tidak apa-apa,' atau 'Aku ingin membantunya,' pikir ku. Jika itu benar-benar terjadi, maka dia tidak bisa benar-benar merasa terlalu buruk untuknya.

Untuk sesaat sepertinya dia (kitaoka) berpikir untuk mengatakan ya, tetapi dia segera memasang wajah tegas.

“… Kenapa kau menanyakan itu padaku?”

Aku memikirkan balasanku. Alasan aku menanyakan perasaan Kitaoka yang sebenarnya adalah, jika aku harus memikirkannya, hanya rasa ingin tahu dan tidak lebih.

Aku hanya terbawa suasana dan menanyakan sesuatu yang aneh. Meskipun aku adalah orang luar yang tidak ada hubungannya sama sekali. Dan juga itu bukan urusanku untuk mengorek kehidupan pribadi perempuan ini.

Pandangan curiga dilemparkan ke arah ku dan punggung ku tiba-tiba menegang. Kitaoka memalingkan wajahnya ke bawah dan meremas dengan suara gemetar

“…Ngomong-ngomong, hubunganku dengan orang itu sama sekali tidak seperti itu, dan aku tidak pernah memiliki niat seperti itu. Disalahpahami meskipun sangat menjengkelkan. ”

"Ah maaf…"

Aku meminta maaf dengan suara kecil dan, hampir seperti suara itu tidak mencapai telinganya, dia mengabaikannya dan mengeluarkan smartphone-nya dari saku seragamnya. Mengoperasikannya dengan satu tangan, dia bergumam sambil melihat pesan yang terkirim di sana.

“Ini dari Miyu… aku harus pergi”

Dengan "Baiklah," dia dengan cepat berdiri. Kemudian rok pendeknya melambai saat dia dengan cepat mencoba pergi. Sekarang dia pergi, Kitaoka pasti marah.

Saat dia pergi, aku hanya melihat sedikit ekspresinya, tetapi bukannya marah, dia tampak sedih. Melihat tatapan yang sunyi dan kesepian itu, aku memanggil untuk menghentikannya dengan tergesa-gesa.

“U-Um, hei”

Kitaoka berhenti. Meskipun aku mencoba menghentikannya, bukan berarti aku lupa mengatakan sesuatu padanya.

Aku tidak ingin membiarkannya pergi dengan wajah seperti itu. Saat ini punggungnya menghadap ku, apapun itu dengan lelucon dan sebagainya, aku ingin melihatnya tersenyum sekali lagi.

“Terima kasih untuk gelas dan roti ini. Kau benar-benar menyelamatkanku

Saat aku menyampaikan rasa terimakasih yang tulu kepadanya, bahunya bergetar.

“Juga, maaf karena tidak datang untuk menonton pertandingan. Aku benar-benar berniat untuk pergi pagi ini.”

Semangatku hilang ketika aku bertemu dengan trio (di supermarket) dan berakhir dengan tidak datang. Tetapi saat aku pergi ke toko serba ada, aku berpikir untuk menonton mereka di gym, ini adalah kebenaran.

Itu sebabnya jika ini merusak kepercayaannya pada ku, itu akan menjadi kesalahpahaman. Ini tidak seperti aku melupakan janjinya dengan dia. Melihatnya memukul bola dari court, pasti akan sangat menyenangkanAku berpikir jika bola busuk itu tidak mengenai ku, maka bersama dengan Yasuki dan semua orang di kelas, aku akan pergi ke pertandingan di sore hari.

Kitaoka perlahan menoleh ke samping. Ekspresi wajah itu entah bagaimana sepertinya mengungkapkan kelelahan.

"kepala…"

Sebuah suara kecil mencapai telinga ku. Apakah dia baru saja mengatakan 'kepala?'

Beberapa saat sebelum aku bisa bertanya, dia melanjutkan kata-katanya.

"Hati-hati. Karena semua orang khawatir”

Sambil mengatakan itu dengan suara melengking, Kitaoka meninggalkan ruang kelas dengan cepat

Aku yang di tinggal hanya berdiri di sana dengan linglung untuk beberapa saat. Ketika dia menyadarinya, matahari jingga mulai terbenam, membuat bayangan pada meja semakin melebar.

Sebelumnya  Daftar isi  Selanjutnya
















Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar