Tiba-tiba, pintu geser dibuka. Berbalik, orang-orang bisa melihat
perwakilan kelas sebelah di sana mengenakan t-shirt dan celana pendek, dengan uap
mengepul dari kepala.
"Heeey, kelas F. Giliranmu di kamar mandi."
Dengan panggilan itu, semua orang yang bersantai di ruangan itu bangkit dengan
pakaian ganti di tangan.
Kami sudah menyambut malam ketiga di kamp pelatihan musim panas. Yasuki
dan sekitar setengah dari 30 anak laki-laki kelas F tahun ketiga berpartisipasi
dalam kamp pelatihan, dan berbagi kamar bergaya Jepang yang terlalu besar.
Sejujurnya, di antara mereka semua ada beberapa yang belum pernah aku
ajak bicara. Di gunung tidak ada televisi, dan konsol game serta smartphone
disita. Berada di lingkungan itu selama tiga hari tiga malam secara alami akan
menimbulkan rasa solidaritas, dan sebelum kau menyadarinya, kau tidak
terganggung dengan orang-orang atletik yang berisik atau para yanke[1]
yang mengeluh setiap pagi ketika rambut mereka berantakan.
Aku masuk ke kamar mandi, dan saat rambut ku yang basah mengering sudah
waktunya untuk makan malam. Menu hari ini adalah nasi Hayashi. Omong-omong,
pada hari pertama, itu adalah gyudon. Intinya menu jenis donburi[2]
ini mungkin yang paling susah untuk di komplain.
Sementara aku duduk di kursi yang tampak tua di kafetaria dan menyendok
nasi Hayashi ke mulut, teman sekelas di depan ku, Uchida dari Klub Kendo,
berbicara.
"Hei Iijima, kau pergi ke kamar anak perempuan malam ini?"
(Uchida)
Hah? Aku hampir berseru.
Selama kunjungan lapangan atau kamp pelatihan, dengan penginapan datang
pelajaran ekstrakurikuler. Pada dasarnya, berpindah antar kamar dilarang. Jika
itu antara kamar anak cowok, well, kau tahu, tapi kamar cewek berada di gedung yang
terpisah dan lorong di antara mereka dipatroli oleh seorang guru sepanjang
malam.
“Tidak, aku baik-baik saja. Hati-hati" (Yasuki)
"Eh-, meskipun Ema-chan dan Miyu-chan bilang 'Semua anak cowok
kelas' harus datang'" (Uchida)
Yasuki tersedak dengan "Ugh-."
Aku mungkin tidak boleh dimasukkan dalam "semua anak laki-laki
kelas itu." Apakah Uchida yang ramah tidak menyadarinya?
Aku sambil menjelaskan seperti ini, dengan rasa tidak nyaman di dalam.
“Yah, kau tahu, aku memiliki bagian yang tidak aku mengerti dalam kimia.
Aku benar-benar harus meninjau pelajaran hari ini ”(Yasuki)
Aku mengatakan alasan yang dapat dipercaya untuk diucapkan, sementara Uchida memiringkan kepalanya dan berpikir itu sangat disayangkan, dia hanya mengatakan "Ahh, aku mengerti" dan tidak melangkah lebih jauh.
Aku memberi tahu Uchida bahwa aku akan meninjau ulang pelajaran. Aku, yang tidak bisa hanya bermalas-malasan di ruangan, setelah makan malam menuju ke ruang pertemuan yang digunakan sebagai ruang kelas di siang hari dengan buku teks dan buku kerja di tangan ku.
Sampai “lampu mati” pada pukul 09.30, tersedia sebagai ruang belajar mandiri. Bertentangan dengan harapan, itu sudah sekitar setengah penuh. Melihat wajah mereka, banyak yang namanya sering berada di peringkat atas rangking. 'Persiapan orang sukses itu berbeda,' pikir ku.
Ketika aku baru saja
akan menyelesaikan pertanyaan tentang asam dan basa dalam kimia, aku menghela
nafas.
Seharusnya sekarang —
Uchida dan mereka mungkin menyerbu kamar anak perempuan. Bohong kalau aku bilang aku tidak cemburu sama
sekali, tapi mengingat sosok kedua gadis itu, aku tidak bisa meragukan keputusa
ku.
Kitaoka Ema dan Mochida
Miyu. Di antara kelas, mereka khususnya, diberkati dalam penampilan dan
menggunakan riasan lebih untuk meningkatkan kecantikan, dan juga rambut mereka
yang cerah. Mereka tidak ada niat untuk mengenakan seragam SMA Minamisou yang
terkenal dengan benar. Selalu dengan kaki mulus di ekspos 20 sentimeter di atas
lutut, mereka berjalan di sekitar sekolah layaknya sekolah itu milik mereka
sendiri.
Ada piramida sosial di
antara siswa, dan sementara posisi teratas untuk para cowok adalah anggota di
klub olahraga, tampaknya gadis-gadis itu pasti memerintah para perempuan.
Bahkan seorang laki-laki dapat dengan jelas merasakan perbedaannya, jadi bahkan
untuk gadis-gadis di kelas yang sama itu seperti mereka berasal dari negara
yang jauh. Apalagi berbicara, mereka bahkan tidak bisa melakukan kontak mata.
Lahir di musim yang sama, di daerah yang sama, memasuki sekolah menengah yang
sama, selain itu mereka tidak sama. Sampai-sampai sesuatu seperti idola gravure
terasa lebih dekat dari kertas.
“Tidak mungkin, kamu
tidak mengerti pertanyaan ini? Kalau pakai rumus ini gampang kan?”
“Eh, beneran?
Ah......Aku nggak tahu.”
Tiba-tiba mendongak
karena suara itu, seorang siswa perempuan yang sebelumnya belajar di luar
negeri berdiri di sebelah seorang anak laki-laki di kelas yang sama dan sedang
mengobrol ramah dengannya. Kau tidak dapat mengunjungi kamar lawan jenis, tapi
ruang belajar mandiri dapat dikunjungi secara bebas oleh anak laki-laki dan
perempuan. Mereka kayaknya pacaran, dan "belajar" sampai "lampu
mati". Aku ingin tahu apakah kencan rahasia singkat semacam itu
menyenangkan.
Berada di lapisan
terbawah dari kasta sekolah, cinta tidak bisa dilakukan dengan bebas untuk ku.
Menyaksikan hubungan intim keduanya adalah hal yang harus ditanggung.
......Aku akan melakukan sepuluh lagi, lalu kembali
ke kamar, kurasa
Dengan motivasinya yang
terpotong, Aku sekali lagi menghela nafas panjang.
“Setidaknya aku harus
membawa penutup kuping,” sesal ku, tapi sudah terlambat.
****
Aku menaiki tangga
asrama menuju kamar Kelas F.
Bertentangan dengan
harapan ku akan ketenangan dan kedamaian, saat membuka pintu, suara tawa dan
suara isakan samar terdengar telinga.
Di pintu masuk, sepatu
berserakan di mana-mana. Aku diam-diam membuka pintu geser.
Di dalamnya tidak hanya
Kelas F, tetapi juga siswa dari kelas lain. Sekitar 20 anak laki-laki berkumpul
di sana.
"Ah. Selamat
Datang di Rumah, Meshi-chan.” (Uchida)
(Note dart TL
eng: Disebut dengan nama belakang, artinya makanan. = Iijima =
Meshi)
Aku berdiri diam di
dekat pintu geser, di mana Uchida menyambut ku.
“......Um, apa semua
ini?” (Yasuki)
“Yah, begitulah, pesta
patah hati Ryou-kun. Itu karena sebelumnya dia mengaku dan ditolak oleh
Miyu-chan.” (Uchida)
Uchida berwajah merah
menjawab dengan sikap sembrono. Ada bau alkohol di nafasnya.
“Tunggu—…, Di mana
kalian….” (Yasuki)
“Tidak apa-apa, tidak
apa-apa. Ngomong-ngomong, kau harus duduk juga, Meshi-chan ”(Uchida)
Mengatakan itu, dia
dengan setengah paksa menyeret ku ke dalam grup. Minuman diambil dari lemari
es, di mana ruang yang sekarang terbuka diisi dengan kaleng aluminium dari
dalam ransel seseorang.
Oi, oi. Aku ngeri.
Memikirkan kembali, banyak teman sekelas ku tampaknya memiliki cukup banyak
barang bawaan untuk perjalanan tiga malam empat hari di musim panas, pikir ku.
Tampaknya mereka diam-diam membawa hal-hal semacam ini. Nah, mengisi ransel dan
tas ransel hingga penuh, upaya semacam itu cukup mengesankan.
Tapi kemarin dan lusa
mereka serius pergi tidur di malam hari. Mengadakan pesta di hari terakhir,
mungkin mereka berpikir kegiatan seperti ini akan buruk untuk menghalangi
pelajaran.
Aku duduk di sebelah
Katsuya di tepi kelompok, membuka tutup plastik kaleng, dan mengalihkan
pandangan ke orang di tengah.
"Aku ..., selalu
menyukainya, tapi ... 'Maaf' katanya ..." (Ryou)
"Sudah-sudah.
Ryou-kun adalah cowok yang sangat baik. Aku yakin kamu akan menemukan perempuan
yang lebih baik lagi.” (Uchida?)
Sasaki Ryou, yang
dipanggil Ryou-kun. Dia anggota klub tenis dengan kulit gelap dan pria yang
mudah terbawa suasana.
Sasaki berbicara
tentang perasaannya pada Mochida Miyu sambil menangis, tapi sejujurnya Aku
belum pernah melihat mereka berdua mengobrol sebelumnya. Tidak ada interaksi,
tapi bisa memiliki perasaan seperti itu, menurut ku itu aneh.
Melihat sekeliling
ruangan, itu disebut 'Pesta patah hati Ryou-kun,' tetapi hanya kami berdua yang mendengarkan ceritanya. Selain kami, apakah yang lain hanya tertarik pada minuman dan
kue camilan? Mereka berdiskusi mendalam tentang apa saja, menghibur diri dengan
permainan kartu atau semuanya menyebar.
Aku dengan Katsuya,
berbicara dengan tiga anak laki-laki kelas tetangga dengan nilai yang bagus,
mengatakan "Berbicara dengan jujur, universitas mana yang ingin kamu
masuki?" Percakapan seperti kamp pelatihan studi dimulai.
“Memikirkan tentang
Cospa[3], kurasa sekolah umum
regional.” Ketika percakapan berakhir dengan ini, seorang laki-laki berotot
memanggil dengan suara keras.
“Sebenarnya, bukankah
kita akan kehabisan minuman dan makanan ringan?” (laki-laki berotot)
Sekarang dia
menyebutkannya, sejak tadi, stok kue dan makanan ringan seperti gunung jelas
telah berkurang. Aku sudah berpikir untuk berhenti makan, tapi sepertinya yang
lain masih belum cukup. Ketika 20 siswa SMA yang sedang tumbuh berkumpul, tidak
berlebihan untuk mengatakan bahwa perut mereka tidak ada batasnya.
“Baiklah, kalau begitu
tidak termasuk Ryou-kun, bagaimana kalau kita semua bermain Batu, Gunting,
Kertas. Orang yang tidak menang sampai akhir akan pergi membeli beberapa barang
dari toko serba ada.”
Bagaimana kita bisa lolos
dari ini? Eh, jendela lantai 1 itu? Aku bisa mendengar suara-suara yang
mengatakan hal-hal semacam itu. Dari percakapan itu, aku menyimpulkan bahwa ada
beberapa orang yang menyelinap di malam hari.
Ini benar-benar
merepotkan, pikir ku. Tetapi intinya adalah tidak apa-apa selama kau menang di
saat tertentu. Jika ada 20 orang, maka aku seharusnya tidak kalah dari mereka
semua.
Uchida, berdiri,
mengangkat tinjunya ke atas.
“Kalau begitu ayo!
Siap, mulai!”
Semua serempak,
orang-orang mengangkat suara mereka.
“Saishou wa gu—[4]
Sebelumnya Daftar isi Selanjutnya


Posting Komentar
Posting Komentar