Ini adalah pertama kalinya aku tahu bahwa aku dan Uchida mendengarkan musik yang sama. Saat aku menyebut sebuah lagu
yang diminta Uchida, "Oh, aku tahu yang ini," aku dipaksa untuk
mengambil mikrofon dan bilang, "Nah, nyanyikan itu denganku.” Setelah
melakukan ini beberapa kali, aku dikenal sebagai pasangan Uchida oleh anak-anak
yang lainnya. Sasaki tidak kembali untuk waktu yang lama, tapi tidak ada yang
peduli tentang itu.
"Selanjutnya, kita akan menari. Apa semua
orang sudah siap?
"Oh, tunggu sebentar. Ini mulai panas,
jadi aku akan melepas pakaianku.”
Sementara aku menghabiskan waktu di ruangan
Uchida, banyak waktu telah berlalu. Aku mulai merasa panas, jadi aku akan
melepasnya.
"Jadi, sekarang hampir selesai, ayo kita
penuhi janji kita."
"Janji ......?"
Sebuah firasat yang tidak menyenangkan
melewati pikiranku.
"Tentu saja, aku bilang pada Tsuka
sebelumnya kita akan mengunjungi ruangannya. Jangan bilang kau lupa."
Tidak ada kesempatan bagiku melarikan diri, aku
ditangkap oleh lengan Uchida. Aku dibawa keluar ruangan dengan paksa oleh
Uchida yang tersenyum, diseret melalui tangga menuju lantai tiga.
Hanya berdoa yang bisa kulakukan agar ......
ini tidak akan menjadi hal terburuk yang bisa terjadi.
"Oh, ya, ....... Aku mengerti. Matsui-san
tidak bisa pergi besok, kan? Tidak apa, aku bebas di siang hari."
Dia pindah ke luar ruangan ke tempat yang
relatif sepi di dekat pintu darurat dan menjawab sambil menempelkan smartphonenya
ke telinganya. Itu adalah manajer di part time jobnya. Ada lowongan di shift
siang hari untuk besok, jadi Ema yang shift malam buru-buru ditanya apa dia
bisa bekerja siang hari juga.
Ema baru saja lulus ujian masuk ke universitas
wanita di Tokyo, dan tepat setelah upacara kelulusan, dia memutuskan untuk
memulai pekerjaan paruh waktu untuk memanfaatkan waktu luangnya di rumah, dan
jika dia pergi ke Tokyo, dia akan mengalami kesulitan untuk pulang, jadi dia
mencari tempat yang bagus di dekat Stasiun Chiba sebagai kompromi. Itu adalah
arah yang berlawanan dari stasiun dari prep-school yang dia hadiri saat SMA, tapi
itu adalah tempat yang akrab yang dia kunjungi berkali-kali.
Ada banyak restoran di sekitar Stasiun Chiba
yang mencari pekerja paruh waktu, dan Ema pergi untuk wawancara di salah
satunya, restoran bergaya pub Irlandia. Upah per jam lebih tinggi daripada
restoran lain di bisnis yang sama, jadi dia pergi untuk wawancara disana,
bersiap untuk di tolak, tapi pada akhirnya dia dipekerjakan sebagai petugas
lantai tanpa banyak pertanyaan, dan mulai bekerja keesokan harinya.
Pemimpin shift senior sangat ketat, dan sejak
hari pertama, dia dimarahi karena "menggunakan kata-kata yang salah"
dan "lambat membersihkan", tapi Ema, yang benci kalah, dengan
setengah hati mempelajari pekerjaannya. Setelah itu, dia menghadiri pesta gadis-gadis
di kelas di karaoke sebagai hasil dari usahanya, dia sering dikasihtahu jarang terlihat beberapa hari terakhir, dan hari ini dia akhirnya menyelesaikan shift siangnya
tanpa dimarahi sekali pun. Setelah itu, dia menghadiri pesta gadis-gadis di
kelas di bar karaoke dekat SMA dan sedikit terlambat, lalu ada telepon di
tengah party. Semuanya setuju untuk menggunakan seragam sekolah atas
usulan dari Shina, dia pikir akan sedikit canggung, tapi pada akhirnya, itu
adalah terakhir kalinya mereka akan mengenakan seragamnya, jadi mereka semua
berfoto bersama. "Kalau begitu, aku akan mengambil siangnya dan malamnya.
Terima kasih." Dan mengakhiri panggilan teleponnya. Besok akan menjadi hari
yang sibuk. Rasanya lelah hanya dengan memikirkannya, tapi dia segera berubah
pikiran bahwa ini demi part-time jobnya.
Apa yang harus ku beli saat aku mendapatkan
uang? Sambil melamun, aku menggeser layar ponsel saat selesai menelepon. Aku
menggeser ibu jariku di layar untuk melihat apa ada notifikasi baru, tapi yang
aku dapatkan hanyalah iklan, komunikasi sehari-hari dari orang yangku kenal,
tidak seperti yang ku harapkan.
Mengangguk kepalanya, dia kembali membaca
pesan dari Shin Kimura pada malam upacara kelulusan. Entah sudah berapa kali dia
melihatnya, tapi dia terus ingin melihatnya lagi, dan rasanya itu menjadi
kebiasaan.
"Aku mendengar langsung dari Iijima-kun
bahwa dia tidak berkencan dengan gadis yang bersamanya di hari pertama sekolah.
Apa kamu sudah tahu itu?"
Saat pertama kali menerima surat itu, aku
terkejut dengan keberanian Shin, berpikir, "Kok dia bisa nanya kek gitu ke
Iijima padahal mereka gak dekat.” Tapi di sisi lain, aku benar-benar lega
membaca pesannya.
Ema menjawab singkat, “Aku gak tahu.”
Setelah itu, Shin menjawab dengan ilustrasi anjing yang menyeringai.
"Begitu. Yah, tunggu sedikit lebih lama
dan sesuatu yang baik akan terjadi. Ema, bagus untukmu ~"
Aku berpikir, "Apa itu?" Tetapi pada
akhirnya, aku ingin percaya kata-kata Shin, jadi aku terus
"menunggu". Tapi sejauh ini, tidak ada hal baik yang terjadi pada ku.
Mungkin itu ide Shin sejak awal. Pada titik ini, aku tidak yakin apa yang
harus ku lakukan.
Bagaimanapun, sudah waktunya untuk kembali ke
kamar 314 di mana gadis-gadis itu menunggu. Aku meletakkan ponselku di saku dan
mulai berjalan.
"Ei-Ma-chan!"
Tiba-tiba, seseorang menghentikanku. Saat aku
berbalik, aku melihat seorang anak laki-laki dengan topi miring berdiri di
belakang sudut ruangan. Wajah ini adalah Ryo Sasaki, yang duduk di kelas tiga.
Aku bertanya padanya dengan heran, seolah-olah aku telah disergap.
"Apa, Sasaki-kun? Kenapa kamu ada di
sini?
"Aku di sini untuk bernyanyi dengan
teman-teman dari kelas F. Uchida memberitahuku bahwa beberapa gadis di kelas
kita juga ada di sini."
Saat dia mengatakan itu, Sasaki meraih lengan ku
dan menarikku ke sebuah ruangan yang tidak digunakan, bilang, "Apa kamu
punya waktu sebentar?”
Apa yang akan kulakukan jika aku tiba-tiba
diserang? Tapi aku rasa aku akan baik-baik saja karena Shinna dan yang lainnya
dekat disini. Berpikir seperti itu, aku duduk dengan gentar. Setelah menutup
pintu, Sasaki duduk di sisi lain diagonal dan mulai berbicara dengan nada
teatrikal.
"Sebenarnya, aku perlu berbicara denganmu
tentang sesuatu. ......"
"...... Apa?"
"Kamu mungkin sudah memperhatikannya, tapi
maukah kamu pacaran denganku?”
Aku terkejut dengan pergantian peristiwa yang
tak terduga. Aku tidak menyadarinya sama sekali, dan juga tidak mengharapkan ini
terjadi. Di kamp pelatihan sebelum liburan musim panas, Sasaki datang jauh-jauh
ke kamar perempuan dan mengaku kepada Miyu, "Aku mencintaimu!"
Dengan penuh semangat.
"Kenapa ......, maksudku, sejak kapan
......?"
"Setelah liburan musim panas, aku
terkejut melihat betapa imutnya Ema-chan. Oh, yah, kamu selalu imut sebelumnya.
Tapi penampilanmu sekarang persis seperti yang aku suka. Sejak saat itu, setiap
kali aku melihat Ema, aku sangat senang. Bahkan setelah aku lulus, aku tidak
bisa melupakanmu. Dan kemudian aku berpikir, “Oh, aku harus memberitahumu
tentang ini.”
Setelah liburan musim panas, aku baru saja
mengubah gaya rambut ku untuk menarik perhatian orang lain. Sasaki telah dicampakkan
oleh Miyu, jadi tidak masalah jika dia beralih ke gadis lain pada waktu yang
tepat. Aku ingat itu di hari pertama dia meminta coklat padaku dengan nada
bercanda tapi aku sama sekali tak berpikir dia menyukaiku.
Sasaki tersenyum kecil dan bilang.
"Oh, kamu tidak menyadarinya sama
sekali?"
"Ya, ......, ah ......"
"Tapi aku berpikir ini sangat bagus. Aku
memastikan untuk mengkonfirmasinya dengan Tamari-chan. Dia bilang kamu
sepertinya tidak berpacaran dengan siapapun sekarang.”
Memang benar bahwa aku tidak berkencan dengan
siapa pun saat ini. Bukan berarti Tamari salah, hanya saja aku tak ingin mengumumkan
bahwa aku single dari awal.
Namun, jika aku mengatakan sesuatu yang berlebihan
di sini sekarang, aku malah nantinya gali lubang kubur lagi, Sasaki berbicara
dengan nada tenang, saat aku bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, memilih
solusi yang optimal.
"......, apa ada seseorang yang tidak
bisa kamu lupakan?"
"Apa?"
"Untung bagiku Ema tidak punya pacar,
tapi menurutku itu agak aneh. Memang benar dia pria yang baik dan tampan, jadi
aku bisa mengerti mengapa kamu tidak bisa melupakannya dengan mudah."
Untuk sesaat, ungkapan "seseorang yang
tidak bisa kamu lupakan" membuatku bingung, tapi sepertinya Sasaki mengacu
pada teman masa kecilku, Shin, yang sekarang terobsesi dengan kakak perempuanku.
Sepertinya masih banyak orang yang masih yakin
bahwa Shin adalah mantan pacarku, aku sempat tercengang, tapi tidak
repot-repot mengoreksinya.
"Tapi bukankah sulit untuk terus
menyeretnya keluar? Kamu mungkin bisa mengatasinya jika kamu berkencan dengan
pria lain."
Aku yakin itu salah paham, tapi dia mengatakan
sesuatu yang aneh intinya, dan aku merasa gugup lagi.
Memang benar, sulit untuk berada dalam keadaan
di mana kau terjebak dengan perasaan yang tidak dapat kau kendalikan. Di hari
pertama sekolah dan pada upacara kelulusan, "dia (aitsu)" tidak
mengatakan apa-apa. Mungkin itu jawabannya. Jadi , seperti yang dikatakan
Sasaki di sini dan boneka binatang(Chiiba mungkin?) di festival sekolah kepada ku,
hal bagus yang harus dilakukan adalah "beralih ke laki-laki lain.” Aku
tahu itu.
(Tapi ...)
Sasaki berbicara sambil berdiri dan menutup
jarak antara kami sementara aku masih kebingungan.
"Jadi, bagaimana. Kurasa bagus untuk
pergi bersamaku sebagai percobaan."
"ah, kamu beneran kesini!”
Begitu kami sampai di ruangan, Otsuka terkekeh
dan tertawa bahagia. Gadis-gadis lain juga menyambut kedatangan Uchida yang
ramah. Mereka sepertinya tidak tahu siapa aku dengan pakaian polos dan
kacamatanya yang tidak biasa.
Di kamar 314 ada tujuh gadis yang merupakan
teman sekelasku. Entah kenapa, mereka semua mengenakan seragam SMA Nanso dan
sedang duduk di sofa yang mengelilingi ruangan persegi itu. Shinna Otsuka ada
di sana, begitu pula Tamari Ando, gadis yang dekat denganku. Mochida Miyu dan
Kitaoka sepertinya tidak ada disini, dan rasa sesak di dadaku menghilang
seolah-olah pasang surut.
Aku melihat kantong kertas besar di sudut
dinding tempat ku berdiri, di dalamnya ada beberapa manga perempuan bermotif
retro dengan sampul menghadap ke atas.
Aku bertanya-tanya hobi siapa ...... itu,
ketika Otsuka mendorong remote control ke Uchida yang ada di depan ku,
"Nah, Uchi dan yang lainnya, nyanyikan sesuatu," katanya.
"Ya, ....... Messhi-chan, apa kamu ingin
menyanyikan yang itu?"
"Aah, tentu saja"
“Aku yang nge-rap, dan messi-chan yang
nyanyiin," katanya. Aku bilang diam-diam kalau hanya satu lagu, dan
dia menganggukkan kepalanya beberapa kali seolah dia mengerti.
Aku yang telah ditelan oleh suasana tempat
itu, meningkatkan ketegangan hingga ke titik akhir.
"Kalau begitu, silakan datang dan bermain
di sini juga!"
Seperti yang diumumkan Uchida di outro, aku
berhasil menyelesaikan lagunya dan berbalik tanpa melihat ke arah gadis-gadis
itu. Gadis-gadis itu sepertinya meminta satu lagu lagi, tapi Uchida menolak,
mengatakan bahwa dia tidak punya bahan lagi.
Bagaimanapun, aku senang aku tidak salting begitu parah di depan para gadis. Aku berjalan keluar ke koridor dan menjatuhkan bahuku karena kelelahan yang melanda diriku.
“Sampai jumpa.”
“Hubungi aku lagi. "
Saat aku melangkah keluar dari gedung, langit
mulai memudar, sisa-sisa cuaca cerah hari itu melayang melalui awan kemerahan.
Setelah berpisah di depan bar karaoke, aku
menuju stasiun bersama anggota kelompok lainnya untuk mengejar kereta pulang. Pesta
kelas semua laki-laki, yang baru saja berakhir, ternyata sangat meriah, dan
tiga- jam perjamuan tampaknya berlalu begitu saja. Bahkan aku yang pada awalnya
enggan bergabung dengan pesta, berpikir dengan linglung, "Aku harap bisa
bersenang-senang lebih lama.”
Setelah berjalan di sepanjang jalan utama
sebentar, aku memasuki stasiun dan hendak membeli tiket dari mesin tiket saat
aku tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Oh, ......."
"Ada apa, Yassan?"
"Oh, ngomong-ngomong, aku mengendarai
sepedaku hari ini."
Seperti kebiasaannya, aku benar-benar lupa aku
telah mengayuh sepedaku hari ini. Aku yakin Katsuya tahu tentang itu, tapi
seperti ku, dia sepertinya lupa. Dia menunduk sedikit sedih, berkata,
"Yassan, ....... Kurasa di sinilah kita mengucapkan
selamat tinggal. Hati-hati."
Yasuki tersenyum untuk meredam suasana
tertekan.
“Lagipula kamu tidak akan belajar sepanjang
waktu. Kenapa kamu tidak datang ke tempatku untuk bersantai?"
Katsuya melihat kembali ke wajah Yasuki,
menambahkan bahwa dia selalu menunggu. Air matanya mengalir samar ke matanya
yang bulat.
"Sungguh, aku akan segera mengunjungimu.
Simpan tempat untukku."
Aku tidak berpikir itu berlebihan
sampai-sampai saya tidak bisa bertemu untuk waktu yang lama .. Namun, aku tak
begitu kejam atau tak berperasaan sehingga aku bisa mengabaikannya dengan
kekek. Aku menyayangi Katsuya juga. Jadi jangan lihat aku seperti itu, katanya,
menepuknya dan dengan ringan memeluk bahunya untuk menghiburnya.
Aku mengira anak laki-laki yang lain akan
menatap ku dingin, tapi yang mengejutkan, mereka juga melihat kami dengan
tatapan cemberut. Namun, saat kereta berangkat mendekat, aku bergegas menyuruh
Katsuya, bilang, "kau harus pergi.”
“Sampai jumpa lagi, bye”
"Ya. Sampai jumpa lagi."
Sebuah pengumuman yang mengumumkan kedatangan kereta datang, Yasuki menyaksikan teman-teman lamanya menghilang ke gerbang tiket sampai akhir.
"Baiklah, Ema. Semoga beruntung dengan part-time
jobmu”
Setelah Tamari membayar tagihan di meja depan
ke kasir, kami berpisah dengan yang lain yang menuju pintu masuk utama. Teman
sekelasku yang lain akan pergi ke pesta setelah makan malam, tapi aku menolak
bilang ada pekerjaan besok.
Aku tertatih-tatih sendirian ke pintu
belakang. Itu sedikit lebih dekat ke rumah jika dia keluar dari belakang. Aku membawa sejumlah besar buku komik yang dimasukkan ke dalam kantong kertas. Aku baru saja menerima balasan dari Shinna, "Maaf, aku terus
meminjam ini. Ini sangat menyenangkan.” Aku pikir, bisakah dia tak membawa
barang-barang begini di hari seperti ini, tapi aku tak ingin mencemohnya. Aku
berhasil menahan wajahku yang cemberut saat menerima ini
(Aaaaah......)
Rasanya berat, dan hatiku juga berat. Pada
akhirnya, pengakuan Sasaki tertahan di udara. Saat aku sedang memikirkannya,
dia bilang, "Kamu bisa menjawabnya nanti. Pikirkanlah dulu," kata
Sasaki dan pergi.
Ngomong-ngomong, sepertinya seorang anak
laki-laki dari kelas kami datang mengunjungi ruangan kami saat aku dipanggil
oleh Sasaki....... Dia bukan tipe yang akan muncul di party khusunya
gadis-gadis, dan aku tidak yakin dia akan muncul di pertemuan kelas. Sejak awal
tahun, dia bahkan jarang datang ke sekolah, dan sepertinya dia bukan tipe orang
yang bersosialisasi dengan baik.
Aku terlalu memikirkannya sehingga saat aku
melangkah keluar, aku tersandung tanpa menyadari langkahku.
Saat aku buru-buru melangkah maju, jalanku
terhalang oleh sesuatu dan aku menabraknya. Itu adalah seorang pejalan kaki.
Kantong kertas yang ku pegang di pinggir jalan dirobohkan dengan kejam.
"Aah!"
Itu nasib buruk. Aku berteriak karena kurang beruntung, dan dalam pandanganku yang tertunduk, aku melihat orang yang kutabrak menegangkan lututnya seolah-olah dia ketakutan.
Saat aku akhirnya tiba di tempat parkir kedua
bar karaoke, aku sedang terburu-buru. Itu cukup dekat dengan tempat parkir
sepeda di sebelah pintu belakang gedung. Aku akan pindah besok, jadi akan lebih
baik jika aku cepat.
Saat melewati pintu belakang, tiba-tiba aku
merasakan sentakan di tubuhku. Sepertinya seseorang baru saja keluar dari pintu
belakang dan aku menabraknya.
Aku mendengar suara berseru, "Aah!"
dan buku manga itu berserakan di tanah. Sepertinya orang yang bertabrakan
denganku sedang memegangnya di dadanya.
Aku baru saja ingin bilang, "Maaf," dan
saat aku melihat siapa orang ini aku kehilangan suaraku. Seluruh tubuhku
menjadi kaku.
(Kitaoka ......)
Warna rambut ini, sosok tinggi ini. Dia sedang
duduk dan melihat ke bawah untuk mengumpulkan manga-nya, aku tidak bisa melihat
wajahnya, tapi aku yakin. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya disini. Aku
tidak membanyangkannya, tapi dia pasti datang ke party teman-teman sekelas
lainnya dan dia sedang di luar ruangan saat aku sampai disana.
Aku gemetar dan mengambil manga di kakinya, “ini".
Dia mengangkat wajahnya dan bilang,"Maaf".
"Oh, ......."
Kitaoka yang melihat wajahku membeku sesaat, tapi
seolah-olah mendapatkan kembali ketenangannya, dia mengambil buku itu dan
memasukkannya ke dalam kantong kertas dengan pegangan yang sobek.
Itu adalah manga shoujo yang baru saja
ditempatkan di kamar 314. Aku tahu itu karena itu adalah judul yang terkenal. Rasanya
kakakku juga meminjamnya dari seseorang dan membacanya.
"Kau membaca hal semacam ini?"
Saat aku bertanya dengan salah satu buku yang
berserakan di tanganku, Kitaoka menggelengkan kepalanya dengan santai.
"Itu hobi kakakku."
"Benarkah?"
"Beberapa waktu yang lalu, Shinna
mengembalikan yang aku pinjamkan padanya sejak lama, dia bilang, ‘Maaf, aku
lupa mengembalikannya.’ ......"
Kurasa maksudnya adalah dia meminjamkan manga
ke Otsuka dan baru saja dikembalikan padanya lagi.
Saat akhirnya selesai mengemasi semuanya,
Kitaoka berdiri perlahan, memegang kantong kertas di kedua tangannya.
“Kau bawa banyak barang bawaan ya”
Dia juga membawa dua tas lainnya. Aku tidak
tahu persis di mana Kitaoka tinggal, tapi keknya akan merepotkan membawa semua
ini.
"Bagaimana dengan cewek yang lain?"
"Mereka semua pergi ke after-party. Aku
menolaknya karena aku punya part-time job besok…”
Jadi intinya tidak ada orang lain yang bisa
membantunya.
Aku tak tahan melihatnya dan memberi saran.
"Bagaimana kalau menaruhnya di
keranjangku? Aku bawa sepeda hari ini.”
Juga sebagai permintaan maaf atas tabrakan tadi.
Kemudian, Kitaoka memasang wajah lembut lagi dan terdiam.
Aku tahu aku punya hubungan yang canggung
dengannya, tapi aku tidak bisa meninggalkannya sendirian, jadi aku secara tidak
sengaja menawarkan bantuan kepadanya. ...... Mungkin terlalu berlebihan untuk
menawarkan bantuan?
"Maaf, jika kamu tidak mau, tidak apa."
Saat aku mengatakan itu, Kitaoka menggerakkan
bibirnya sedikit sambil menahan wajahnya.
"Boleh kok, tolong bantu aku…”
Aku meletakkan manga itu di keranjang depan
dan mendorong sepedaku. Kota dan pemandangannya diterangi dengan warna emas
yang sama dengan matahari terbenam, dan aku sedikit menyesal, “coba saja aku
bawa kamera”
Kitaoka bergumam di sebelahku.
"Sudah lama, bukan?
"Ya, benar”
Aku menghindarinya sejak upacara akhir tahun,
dan dia tidak berbicara kepada ku sejak hari terakhir liburan musim dingin. Aku
bertemu dengannya sekali secara kebetulan di stasiun kereta pada hari pertama
sekolah, tapi sudah tiga bulan sejak kami berbicara dengan baik. Fakta bahwa
dia sedang mendorong sepeda membuat ku memikirkan kembali saat liburan musim panas.
“…Sebenarnya, Uchida membawaku ke ruangan para
gadis tadi, tapi aku tidak melihatmu.”
Kitaoka dengan senyum tipis, berbicara.
"Begitu. Aku distop di luar sebentar,
jadi mungkin pas itu. Akan bagus jika aku ada disana.”
Tidak, aku merasa lega karena kamu tak perlu
mendengar lagu yang kamu tak kenal dengan baik. Pada saat yang sama, bagian
tentang "distop di luar" menurutku aneh.
aku bertanya dengan penasar.
"Kebetulan kamu berbicara dengan Sasaki?"
Aku mendengarnya menelan ludah. Kurasa tebakan
ku benar, tapi dan tepat sasaran. Kemudian nada suara Kitaoka tiba-tiba menjadi
tidak jelas.
"Yah, itu hanya beberapa saran. Aku
diminta untuk......"
"Hmm, ......."
"Oh, tapi aku menolak apa yang tidak bisa
kulakukan. Tidak apa-apa. Jangan khawatir tentang itu."
Aku sedikit skeptis dia sangat bersikeras
menolak permintaan itu. Aku bertanya-tanya apa yang diminta untuk dilakukan.
“Apa dia memintamu melakukan sesuatu yang
mengganggu?”
"Yah, ....... Aku kurang yakin apa karena
aku gak bisa melakukannya. Seharusnya aku langsung menolaknya. ......”
“Kenapa gak bilang “tidak” langsung?”
"Aku disuruh memikirkannya. ......
Kupikir akan lebih baik setidaknya berpura-pura memikirkannya. ......"
Dia masih tidak akan memberi tahuku tentang
apa sebenarnya yang diminta. Namun, berdasarkan posisi status gadis ini di
sekolah dan pola perilaku Sasaki, aku bisa menebak bahwa ini mungkin
masalahnya. Dan kenapa Kitaoka tidak mau menerima itu...
"Karena ada orang lain disana
......?"
"Hah?"
Dia bertanya balik padaku, tapi aku menyadari bahwa aku telah ceroboh dan segera bilang, "Tidak, bukan apa-apa.” Aku yakin Kitaoka tidak ingin mendengar lebih banyak tentang Sasaki, jadi lebih baik diam saja.
Posting Komentar
Posting Komentar