Koi Nante Vol 2 Chapter 7 Part 2

Posting Komentar

Ini adalah pertama kalinya aku tahu bahwa aku dan Uchida mendengarkan musik yang sama. Saat aku menyebut sebuah lagu yang diminta Uchida, "Oh, aku tahu yang ini," aku dipaksa untuk mengambil mikrofon dan bilang, "Nah, nyanyikan itu denganku.” Setelah melakukan ini beberapa kali, aku dikenal sebagai pasangan Uchida oleh anak-anak yang lainnya. Sasaki tidak kembali untuk waktu yang lama, tapi tidak ada yang peduli tentang itu.

"Selanjutnya, kita akan menari. Apa semua orang sudah siap?

"Oh, tunggu sebentar. Ini mulai panas, jadi aku akan melepas pakaianku.”

Sementara aku menghabiskan waktu di ruangan Uchida, banyak waktu telah berlalu. Aku mulai merasa panas, jadi aku akan melepasnya.

"Jadi, sekarang hampir selesai, ayo kita penuhi janji kita."

"Janji ......?"

Sebuah firasat yang tidak menyenangkan melewati pikiranku.

"Tentu saja, aku bilang pada Tsuka sebelumnya kita akan mengunjungi ruangannya. Jangan bilang kau lupa."

Tidak ada kesempatan bagiku melarikan diri, aku ditangkap oleh lengan Uchida. Aku dibawa keluar ruangan dengan paksa oleh Uchida yang tersenyum, diseret melalui tangga menuju lantai tiga.

Hanya berdoa yang bisa kulakukan agar ...... ini tidak akan menjadi hal terburuk yang bisa terjadi.

"Oh, ya, ....... Aku mengerti. Matsui-san tidak bisa pergi besok, kan? Tidak apa, aku bebas di siang hari."

Dia pindah ke luar ruangan ke tempat yang relatif sepi di dekat pintu darurat dan menjawab sambil menempelkan smartphonenya ke telinganya. Itu adalah manajer di part time jobnya. Ada lowongan di shift siang hari untuk besok, jadi Ema yang shift malam buru-buru ditanya apa dia bisa bekerja siang hari juga.

Ema baru saja lulus ujian masuk ke universitas wanita di Tokyo, dan tepat setelah upacara kelulusan, dia memutuskan untuk memulai pekerjaan paruh waktu untuk memanfaatkan waktu luangnya di rumah, dan jika dia pergi ke Tokyo, dia akan mengalami kesulitan untuk pulang, jadi dia mencari tempat yang bagus di dekat Stasiun Chiba sebagai kompromi. Itu adalah arah yang berlawanan dari stasiun dari prep-school yang dia hadiri saat SMA, tapi itu adalah tempat yang akrab yang dia kunjungi berkali-kali.

Ada banyak restoran di sekitar Stasiun Chiba yang mencari pekerja paruh waktu, dan Ema pergi untuk wawancara di salah satunya, restoran bergaya pub Irlandia. Upah per jam lebih tinggi daripada restoran lain di bisnis yang sama, jadi dia pergi untuk wawancara disana, bersiap untuk di tolak, tapi pada akhirnya dia dipekerjakan sebagai petugas lantai tanpa banyak pertanyaan, dan mulai bekerja keesokan harinya.

Pemimpin shift senior sangat ketat, dan sejak hari pertama, dia dimarahi karena "menggunakan kata-kata yang salah" dan "lambat membersihkan", tapi Ema, yang benci kalah, dengan setengah hati mempelajari pekerjaannya. Setelah itu, dia menghadiri pesta gadis-gadis di kelas di karaoke sebagai hasil dari usahanya, dia sering dikasihtahu jarang terlihat beberapa hari terakhir, dan hari ini dia akhirnya menyelesaikan shift siangnya tanpa dimarahi sekali pun. Setelah itu, dia menghadiri pesta gadis-gadis di kelas di bar karaoke dekat SMA dan sedikit terlambat, lalu ada telepon di tengah party. Semuanya setuju untuk menggunakan seragam sekolah atas usulan dari Shina, dia pikir akan sedikit canggung, tapi pada akhirnya, itu adalah terakhir kalinya mereka akan mengenakan seragamnya, jadi mereka semua berfoto bersama. "Kalau begitu, aku akan mengambil siangnya dan malamnya. Terima kasih." Dan mengakhiri panggilan teleponnya. Besok akan menjadi hari yang sibuk. Rasanya lelah hanya dengan memikirkannya, tapi dia segera berubah pikiran bahwa ini demi part-time jobnya.

Apa yang harus ku beli saat aku mendapatkan uang? Sambil melamun, aku menggeser layar ponsel saat selesai menelepon. Aku menggeser ibu jariku di layar untuk melihat apa ada notifikasi baru, tapi yang aku dapatkan hanyalah iklan, komunikasi sehari-hari dari orang yangku kenal, tidak seperti yang ku harapkan.

Mengangguk kepalanya, dia kembali membaca pesan dari Shin Kimura pada malam upacara kelulusan. Entah sudah berapa kali dia melihatnya, tapi dia terus ingin melihatnya lagi, dan rasanya itu menjadi kebiasaan.

"Aku mendengar langsung dari Iijima-kun bahwa dia tidak berkencan dengan gadis yang bersamanya di hari pertama sekolah. Apa kamu sudah tahu itu?"

Saat pertama kali menerima surat itu, aku terkejut dengan keberanian Shin, berpikir, "Kok dia bisa nanya kek gitu ke Iijima padahal mereka gak dekat.” Tapi di sisi lain, aku benar-benar lega membaca pesannya.

Ema menjawab singkat, “Aku gak tahu.” Setelah itu, Shin menjawab dengan ilustrasi anjing yang menyeringai.

"Begitu. Yah, tunggu sedikit lebih lama dan sesuatu yang baik akan terjadi. Ema, bagus untukmu ~"

Aku berpikir, "Apa itu?" Tetapi pada akhirnya, aku ingin percaya kata-kata Shin, jadi aku terus "menunggu". Tapi sejauh ini, tidak ada hal baik yang terjadi pada ku. Mungkin itu ide Shin sejak awal. Pada titik ini, aku tidak yakin apa yang harus ku lakukan.

Bagaimanapun, sudah waktunya untuk kembali ke kamar 314 di mana gadis-gadis itu menunggu. Aku meletakkan ponselku di saku dan mulai berjalan.

"Ei-Ma-chan!"

Tiba-tiba, seseorang menghentikanku. Saat aku berbalik, aku melihat seorang anak laki-laki dengan topi miring berdiri di belakang sudut ruangan. Wajah ini adalah Ryo Sasaki, yang duduk di kelas tiga. Aku bertanya padanya dengan heran, seolah-olah aku telah disergap.

"Apa, Sasaki-kun? Kenapa kamu ada di sini?

"Aku di sini untuk bernyanyi dengan teman-teman dari kelas F. Uchida memberitahuku bahwa beberapa gadis di kelas kita juga ada di sini."

Saat dia mengatakan itu, Sasaki meraih lengan ku dan menarikku ke sebuah ruangan yang tidak digunakan, bilang, "Apa kamu punya waktu sebentar?”

Apa yang akan kulakukan jika aku tiba-tiba diserang? Tapi aku rasa aku akan baik-baik saja karena Shinna dan yang lainnya dekat disini. Berpikir seperti itu, aku duduk dengan gentar. Setelah menutup pintu, Sasaki duduk di sisi lain diagonal dan mulai berbicara dengan nada teatrikal.

"Sebenarnya, aku perlu berbicara denganmu tentang sesuatu. ......"

"...... Apa?"

"Kamu mungkin sudah memperhatikannya, tapi maukah kamu pacaran denganku?”

Aku terkejut dengan pergantian peristiwa yang tak terduga. Aku tidak menyadarinya sama sekali, dan juga tidak mengharapkan ini terjadi. Di kamp pelatihan sebelum liburan musim panas, Sasaki datang jauh-jauh ke kamar perempuan dan mengaku kepada Miyu, "Aku mencintaimu!" ​​Dengan penuh semangat.

"Kenapa ......, maksudku, sejak kapan ......?"

"Setelah liburan musim panas, aku terkejut melihat betapa imutnya Ema-chan. Oh, yah, kamu selalu imut sebelumnya. Tapi penampilanmu sekarang persis seperti yang aku suka. Sejak saat itu, setiap kali aku melihat Ema, aku sangat senang. Bahkan setelah aku lulus, aku tidak bisa melupakanmu. Dan kemudian aku berpikir, “Oh, aku harus memberitahumu tentang ini.”

Setelah liburan musim panas, aku baru saja mengubah gaya rambut ku untuk menarik perhatian orang lain. Sasaki telah dicampakkan oleh Miyu, jadi tidak masalah jika dia beralih ke gadis lain pada waktu yang tepat. Aku ingat itu di hari pertama dia meminta coklat padaku dengan nada bercanda tapi aku sama sekali tak berpikir dia menyukaiku.

Sasaki tersenyum kecil dan bilang.

"Oh, kamu tidak menyadarinya sama sekali?"

"Ya, ......, ah ......"

"Tapi aku berpikir ini sangat bagus. Aku memastikan untuk mengkonfirmasinya dengan Tamari-chan. Dia bilang kamu sepertinya tidak berpacaran dengan siapapun sekarang.”

Memang benar bahwa aku tidak berkencan dengan siapa pun saat ini. Bukan berarti Tamari salah, hanya saja aku tak ingin mengumumkan bahwa aku single dari awal.

Namun, jika aku mengatakan sesuatu yang berlebihan di sini sekarang, aku malah nantinya gali lubang kubur lagi, Sasaki berbicara dengan nada tenang, saat aku bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, memilih solusi yang optimal.

"......, apa ada seseorang yang tidak bisa kamu lupakan?"

"Apa?"

"Untung bagiku Ema tidak punya pacar, tapi menurutku itu agak aneh. Memang benar dia pria yang baik dan tampan, jadi aku bisa mengerti mengapa kamu tidak bisa melupakannya dengan mudah."

Untuk sesaat, ungkapan "seseorang yang tidak bisa kamu lupakan" membuatku bingung, tapi sepertinya Sasaki mengacu pada teman masa kecilku, Shin, yang sekarang terobsesi dengan kakak perempuanku.

Sepertinya masih banyak orang yang masih yakin bahwa Shin adalah mantan pacarku, aku sempat tercengang, tapi tidak repot-repot mengoreksinya.

"Tapi bukankah sulit untuk terus menyeretnya keluar? Kamu mungkin bisa mengatasinya jika kamu berkencan dengan pria lain."

Aku yakin itu salah paham, tapi dia mengatakan sesuatu yang aneh intinya, dan aku merasa gugup lagi.

Memang benar, sulit untuk berada dalam keadaan di mana kau terjebak dengan perasaan yang tidak dapat kau kendalikan. Di hari pertama sekolah dan pada upacara kelulusan, "dia (aitsu)" tidak mengatakan apa-apa. Mungkin itu jawabannya. Jadi , seperti yang dikatakan Sasaki di sini dan boneka binatang(Chiiba mungkin?) di festival sekolah kepada ku, hal bagus yang harus dilakukan adalah "beralih ke laki-laki lain.” Aku tahu itu.

(Tapi ...)

Sasaki berbicara sambil berdiri dan menutup jarak antara kami sementara aku masih kebingungan.

"Jadi, bagaimana. Kurasa bagus untuk pergi bersamaku sebagai percobaan."

 

"ah, kamu beneran kesini!”

Begitu kami sampai di ruangan, Otsuka terkekeh dan tertawa bahagia. Gadis-gadis lain juga menyambut kedatangan Uchida yang ramah. Mereka sepertinya tidak tahu siapa aku dengan pakaian polos dan kacamatanya yang tidak biasa.

Di kamar 314 ada tujuh gadis yang merupakan teman sekelasku. Entah kenapa, mereka semua mengenakan seragam SMA Nanso dan sedang duduk di sofa yang mengelilingi ruangan persegi itu. Shinna Otsuka ada di sana, begitu pula Tamari Ando, ​​gadis yang dekat denganku. Mochida Miyu dan Kitaoka sepertinya tidak ada disini, dan rasa sesak di dadaku menghilang seolah-olah pasang surut.

Aku melihat kantong kertas besar di sudut dinding tempat ku berdiri, di dalamnya ada beberapa manga perempuan bermotif retro dengan sampul menghadap ke atas.

Aku bertanya-tanya hobi siapa ...... itu, ketika Otsuka mendorong remote control ke Uchida yang ada di depan ku, "Nah, Uchi dan yang lainnya, nyanyikan sesuatu," katanya.

"Ya, ....... Messhi-chan, apa kamu ingin menyanyikan yang itu?"

"Aah, tentu saja"

“Aku yang nge-rap, dan messi-chan yang nyanyiin," katanya. Aku bilang diam-diam kalau hanya satu lagu, dan dia menganggukkan kepalanya beberapa kali seolah dia mengerti.

Aku yang telah ditelan oleh suasana tempat itu, meningkatkan ketegangan hingga ke titik akhir.

"Kalau begitu, silakan datang dan bermain di sini juga!"

Seperti yang diumumkan Uchida di outro, aku berhasil menyelesaikan lagunya dan berbalik tanpa melihat ke arah gadis-gadis itu. Gadis-gadis itu sepertinya meminta satu lagu lagi, tapi Uchida menolak, mengatakan bahwa dia tidak punya bahan lagi.

Bagaimanapun, aku senang aku tidak salting begitu parah di depan para gadis. Aku berjalan keluar ke koridor dan menjatuhkan bahuku karena kelelahan yang melanda diriku.

“Sampai jumpa.”

“Hubungi aku lagi. "

Saat aku melangkah keluar dari gedung, langit mulai memudar, sisa-sisa cuaca cerah hari itu melayang melalui awan kemerahan.

Setelah berpisah di depan bar karaoke, aku menuju stasiun bersama anggota kelompok lainnya untuk mengejar kereta pulang. Pesta kelas semua laki-laki, yang baru saja berakhir, ternyata sangat meriah, dan tiga- jam perjamuan tampaknya berlalu begitu saja. Bahkan aku yang pada awalnya enggan bergabung dengan pesta, berpikir dengan linglung, "Aku harap bisa bersenang-senang lebih lama.”

Setelah berjalan di sepanjang jalan utama sebentar, aku memasuki stasiun dan hendak membeli tiket dari mesin tiket saat aku tiba-tiba menyadari sesuatu.

"Oh, ......."

"Ada apa, Yassan?"

"Oh, ngomong-ngomong, aku mengendarai sepedaku hari ini."

Seperti kebiasaannya, aku benar-benar lupa aku telah mengayuh sepedaku hari ini. Aku yakin Katsuya tahu tentang itu, tapi seperti ku, dia sepertinya lupa. Dia menunduk sedikit sedih, berkata,

"Yassan, ....... Kurasa di sinilah kita mengucapkan selamat tinggal. Hati-hati."

Yasuki tersenyum untuk meredam suasana tertekan.

“Lagipula kamu tidak akan belajar sepanjang waktu. Kenapa kamu tidak datang ke tempatku untuk bersantai?"

Katsuya melihat kembali ke wajah Yasuki, menambahkan bahwa dia selalu menunggu. Air matanya mengalir samar ke matanya yang bulat.

"Sungguh, aku akan segera mengunjungimu. Simpan tempat untukku."

Aku tidak berpikir itu berlebihan sampai-sampai saya tidak bisa bertemu untuk waktu yang lama .. Namun, aku tak begitu kejam atau tak berperasaan sehingga aku bisa mengabaikannya dengan kekek. Aku menyayangi Katsuya juga. Jadi jangan lihat aku seperti itu, katanya, menepuknya dan dengan ringan memeluk bahunya untuk menghiburnya.

Aku mengira anak laki-laki yang lain akan menatap ku dingin, tapi yang mengejutkan, mereka juga melihat kami dengan tatapan cemberut. Namun, saat kereta berangkat mendekat, aku bergegas menyuruh Katsuya, bilang, "kau harus pergi.”

“Sampai jumpa lagi, bye”

"Ya. Sampai jumpa lagi."

Sebuah pengumuman yang mengumumkan kedatangan kereta datang, Yasuki menyaksikan teman-teman lamanya menghilang ke gerbang tiket sampai akhir.

"Baiklah, Ema. Semoga beruntung dengan part-time jobmu”

Setelah Tamari membayar tagihan di meja depan ke kasir, kami berpisah dengan yang lain yang menuju pintu masuk utama. Teman sekelasku yang lain akan pergi ke pesta setelah makan malam, tapi aku menolak bilang ada pekerjaan besok.

Aku tertatih-tatih sendirian ke pintu belakang. Itu sedikit lebih dekat ke rumah jika dia keluar dari belakang. Aku membawa sejumlah besar buku komik yang dimasukkan ke dalam kantong kertas. Aku baru saja menerima balasan dari Shinna, "Maaf, aku terus meminjam ini. Ini sangat menyenangkan.” Aku pikir, bisakah dia tak membawa barang-barang begini di hari seperti ini, tapi aku tak ingin mencemohnya. Aku berhasil menahan wajahku yang cemberut saat menerima ini

(Aaaaah......)

Rasanya berat, dan hatiku juga berat. Pada akhirnya, pengakuan Sasaki tertahan di udara. Saat aku sedang memikirkannya, dia bilang, "Kamu bisa menjawabnya nanti. Pikirkanlah dulu," kata Sasaki dan pergi.

Ngomong-ngomong, sepertinya seorang anak laki-laki dari kelas kami datang mengunjungi ruangan kami saat aku dipanggil oleh Sasaki....... Dia bukan tipe yang akan muncul di party khusunya gadis-gadis, dan aku tidak yakin dia akan muncul di pertemuan kelas. Sejak awal tahun, dia bahkan jarang datang ke sekolah, dan sepertinya dia bukan tipe orang yang bersosialisasi dengan baik.

Aku terlalu memikirkannya sehingga saat aku melangkah keluar, aku tersandung tanpa menyadari langkahku.

Saat aku buru-buru melangkah maju, jalanku terhalang oleh sesuatu dan aku menabraknya. Itu adalah seorang pejalan kaki. Kantong kertas yang ku pegang di pinggir jalan dirobohkan dengan kejam.

"Aah!"

Itu nasib buruk. Aku berteriak karena kurang beruntung, dan dalam pandanganku yang tertunduk, aku melihat orang yang kutabrak menegangkan lututnya seolah-olah dia ketakutan.

Saat aku akhirnya tiba di tempat parkir kedua bar karaoke, aku sedang terburu-buru. Itu cukup dekat dengan tempat parkir sepeda di sebelah pintu belakang gedung. Aku akan pindah besok, jadi akan lebih baik jika aku cepat.

Saat melewati pintu belakang, tiba-tiba aku merasakan sentakan di tubuhku. Sepertinya seseorang baru saja keluar dari pintu belakang dan aku menabraknya.

Aku mendengar suara berseru, "Aah!" dan buku manga itu berserakan di tanah. Sepertinya orang yang bertabrakan denganku sedang memegangnya di dadanya.

Aku baru saja ingin bilang, "Maaf," dan saat aku melihat siapa orang ini aku kehilangan suaraku. Seluruh tubuhku menjadi kaku.

(Kitaoka ......)

Warna rambut ini, sosok tinggi ini. Dia sedang duduk dan melihat ke bawah untuk mengumpulkan manga-nya, aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku yakin. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya disini. Aku tidak membanyangkannya, tapi dia pasti datang ke party teman-teman sekelas lainnya dan dia sedang di luar ruangan saat aku sampai disana.

Aku gemetar dan mengambil manga di kakinya, “ini". Dia mengangkat wajahnya dan bilang,"Maaf".

"Oh, ......."

Kitaoka yang melihat wajahku membeku sesaat, tapi seolah-olah mendapatkan kembali ketenangannya, dia mengambil buku itu dan memasukkannya ke dalam kantong kertas dengan pegangan yang sobek.

Itu adalah manga shoujo yang baru saja ditempatkan di kamar 314. Aku tahu itu karena itu adalah judul yang terkenal. Rasanya kakakku juga meminjamnya dari seseorang dan membacanya.

"Kau membaca hal semacam ini?"

Saat aku bertanya dengan salah satu buku yang berserakan di tanganku, Kitaoka menggelengkan kepalanya dengan santai.

"Itu hobi kakakku."

"Benarkah?"

"Beberapa waktu yang lalu, Shinna mengembalikan yang aku pinjamkan padanya sejak lama, dia bilang, ‘Maaf, aku lupa mengembalikannya.’ ......"

Kurasa maksudnya adalah dia meminjamkan manga ke Otsuka dan baru saja dikembalikan padanya lagi.

Saat akhirnya selesai mengemasi semuanya, Kitaoka berdiri perlahan, memegang kantong kertas di kedua tangannya.

“Kau bawa banyak barang bawaan ya”

Dia juga membawa dua tas lainnya. Aku tidak tahu persis di mana Kitaoka tinggal, tapi keknya akan merepotkan membawa semua ini.

"Bagaimana dengan cewek yang lain?"

"Mereka semua pergi ke after-party. Aku menolaknya karena aku punya part-time job besok…”

Jadi intinya tidak ada orang lain yang bisa membantunya.

Aku tak tahan melihatnya dan memberi saran.

"Bagaimana kalau menaruhnya di keranjangku? Aku bawa sepeda hari ini.”

Juga sebagai permintaan maaf atas tabrakan tadi. Kemudian, Kitaoka memasang wajah lembut lagi dan terdiam.

Aku tahu aku punya hubungan yang canggung dengannya, tapi aku tidak bisa meninggalkannya sendirian, jadi aku secara tidak sengaja menawarkan bantuan kepadanya. ...... Mungkin terlalu berlebihan untuk menawarkan bantuan?

"Maaf, jika kamu tidak mau, tidak apa."

Saat aku mengatakan itu, Kitaoka menggerakkan bibirnya sedikit sambil menahan wajahnya.

"Boleh kok, tolong bantu aku…”

Aku meletakkan manga itu di keranjang depan dan mendorong sepedaku. Kota dan pemandangannya diterangi dengan warna emas yang sama dengan matahari terbenam, dan aku sedikit menyesal, “coba saja aku bawa kamera”

Kitaoka bergumam di sebelahku.

"Sudah lama, bukan?

"Ya, benar”

Aku menghindarinya sejak upacara akhir tahun, dan dia tidak berbicara kepada ku sejak hari terakhir liburan musim dingin. Aku bertemu dengannya sekali secara kebetulan di stasiun kereta pada hari pertama sekolah, tapi sudah tiga bulan sejak kami berbicara dengan baik. Fakta bahwa dia sedang mendorong sepeda membuat ku memikirkan kembali saat liburan musim panas.

“…Sebenarnya, Uchida membawaku ke ruangan para gadis tadi, tapi aku tidak melihatmu.”

Kitaoka dengan senyum tipis, berbicara.

"Begitu. Aku distop di luar sebentar, jadi mungkin pas itu. Akan bagus jika aku ada disana.”

Tidak, aku merasa lega karena kamu tak perlu mendengar lagu yang kamu tak kenal dengan baik. Pada saat yang sama, bagian tentang "distop di luar" menurutku aneh.

aku bertanya dengan penasar.

"Kebetulan kamu berbicara dengan Sasaki?"

Aku mendengarnya menelan ludah. Kurasa tebakan ku benar, tapi dan tepat sasaran. Kemudian nada suara Kitaoka tiba-tiba menjadi tidak jelas.

"Yah, itu hanya beberapa saran. Aku diminta untuk......"

"Hmm, ......."

"Oh, tapi aku menolak apa yang tidak bisa kulakukan. Tidak apa-apa. Jangan khawatir tentang itu."

Aku sedikit skeptis dia sangat bersikeras menolak permintaan itu. Aku bertanya-tanya apa yang diminta untuk dilakukan.

“Apa dia memintamu melakukan sesuatu yang mengganggu?”

"Yah, ....... Aku kurang yakin apa karena aku gak bisa melakukannya. Seharusnya aku langsung menolaknya. ......”

“Kenapa gak bilang “tidak” langsung?”

"Aku disuruh memikirkannya. ...... Kupikir akan lebih baik setidaknya berpura-pura memikirkannya. ......"

Dia masih tidak akan memberi tahuku tentang apa sebenarnya yang diminta. Namun, berdasarkan posisi status gadis ini di sekolah dan pola perilaku Sasaki, aku bisa menebak bahwa ini mungkin masalahnya. Dan kenapa Kitaoka tidak mau menerima itu...

"Karena ada orang lain disana ......?"

"Hah?"

Dia bertanya balik padaku, tapi aku menyadari bahwa aku telah ceroboh dan segera bilang, "Tidak, bukan apa-apa.” Aku yakin Kitaoka tidak ingin mendengar lebih banyak tentang Sasaki, jadi lebih baik diam saja.

Sebelumnya  Daftar isi  Selanjutnya


 

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar