Koi Nante Vol 2 Chapter 9 Part 1

Posting Komentar

 The more detours you take, the more things you gain.

Pict 1

2 hours later...

*Emma*

Aku sedang istirahat. (emma)

Makasih sudah mengantarku pergi. (yasuki)

Kamu dimana? (emma)

Tochigi. Lagi makan Gyoza (Yasuki) [makanan khas Jepang, 11 12 ama pangsit maybe]

Ayo makan bersama lain kali (*^ー°)b  (emma)

Iyah (yasuki)

Ah, Mou aku ingin melihat Iijima lagi.. (insert emote) (Emma)

Aku juga. (Yasuki)

Aku juga, apa? (Emma)

Melihatmu

Aku ingin melihatmu juga (Yasuki)

(^w^) Aku akan screenshoot ini (Insert emote lope :v) (Emma)

Ini memalukan (Yasuki)

Lop you (Emma)

Are... mana balasannya? \(^q^)(emma)

Suka, suka, Aku suka (ルドビス紀カンブリア紀) [maksudnya apa anying]

Kamu pasti bercanda (#^w^)  (emma)

Sorry (Yasuki)

Canda, aku gak marah-

Nah, sampai jumpa setelah istirahat. (*'')♫ (emma)


Pict 2

more 5 days later...

*Emma*

Akhirnya selesai juga part-time ku, rasanya lelah (;^) (emma)

Kerja bagus sampai larut. Respect! (yasuki)

Aku harus dapat uang yang banyak sebelum sekolah dimulai. Oh, mereka bilang mereka akan menaikkan upah per jamku lebih awal juga. Lucky (emma)

Mantap, bagus untukmu. (yasuki)

Ngomong-ngomong, aku dan one-chan akan mengunjungi bibi kami di Sendai besok. Bukannya Iijima juga bilang pergi ke Sendai hari sebelumnya? (emma)

Yap. (yasuki)

Aku gak tahu tentang daerahnya, tapi apa itu dekat (-w-?) (emma)

Gak terlalu dekat, tapi sekitar satu setengah jam ke pusat kota dengan bus atau kereta api. Aku ketiduran (yasuki)

Kalau gitu, ada kegiatan gak lusa? Aku mau mampir ke tempat Iijima. (emma)

Zunda shake sangat enak. (yasuki) [minuman edamame khas jepang]

Aku gak ada renacana sih (yasuki)

Roger. Kayaknya saat siang hari, tapi aku akan kasih tahu waktunya nanti (-^q-') (emma)

Okay, aku menunggu.


"Aku pulang."

Pukul 23.35, tepat sebelum tanggal berubah, adik ku, Ema akhirnya pulang dari pekerjaannya hingga larut malam di sebuah restoran. Aku bertanya-tanya apa dia bisa pulang, karena akhir-akhir ini sangat ramai. Secara khusus, adikku ini sangat mencolok. ...... Setiap kali dia terlambat, aku khawatir dia terlibat dengan orang aneh.

Mengabaikan riasan wanitanya, Ema melepas jaketnya dan bilang,

"One-chan. Aku akan mampir ke tempat temanku dalam perjalanan pulang dari Sendai."

Risa dan Ema akan pergi ke Sendai selama dua malam untuk mengunjungi bibi mereka, Chizuru.

Chizuru adalah adik bungsu dari ibu Risa, dan sejak dia menikah belakangan, Risa dan Ema diasuh olehnya sampai mereka dewasa. Dia adalah seorang wanita muda karir yang lebih seperti "one-san" daripada “oba-san". Kali ini, mereka memutuskan untuk pergi menemuinya setelah waktu yang lama, sebagai cara memberitahukan keputusan Ema untuk pergi ke Universitas.

Namun, cerita Ema cukup mendadak. Risa merasa sedikit ragu, tapi dia mencoba yang terbaik untuk merespon dengan nada tenang.

"Oh, begitu. Yang mana temanmu?"

Aku ingin tahu hubungan seperti apa yang dimiliki dengan teman ini. Saat aku bertanya, Ema menjawab,

"Dari sekolah yang sama," dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia selalu menyebut "Miyu" atau "Tamari", jadi sepertinya bukan mereka.

"Dia, tinggal dimana?"

“Hmm, Yamagata. Kudengar itu sangat dekat dengan Sendai. Aku juga kurang tahu.”

"Ara, teman itu juga sudah pergi jauh."

Risa bergumam, bertanya-tanya bagaimana perasaan orang tuanya, dan Ema menggembungkan pipinya sedikit frustrasi.

"Itu benar. Dia tidak memberitahuku apa-apa sampai aku menyelesaikan ujianku. Disaat-saat seperti ini pasti bosan, jadi aku akan berkunjung dan bermain."

Meskipun dia bilang begitu, suara Ema agak bersemangat dan dia tampak menikmati dirinya sendiri. Aku yakin dia tidak bisa menahan diri untuk menantikan saat pergi dan bermain.

"Benar. Ema-chan terlihat bersemangat pergi ke sana kan?"

Dia sangat lucu dan menggemaskan, adik perempuanku satu-satunya. Selain penampilannya yang seperti boneka, dia juga imut karena keras kepala, tidak percaya diri, tapi sangat murni dan sensitif. Selama delapan belas tahun, Risa telah berpikir bahwa dia ingin melindunginya walaupun tak ada ayah.

Saat Risa mengatakan ini, pipi Ema memerah karena malu.

"Hehe. Kurasa begitu."

"Tapi jangan terlalu mengganggunya, oke? Beritahu aku saat kau pergi."

"Yaa."

Begitu Ema menjawab, dia kembali menatap wajah Risa dan meminta pendapatnya.

"Hei, bukankah di sana masih dingin? Sangat dingin dengan celana pendek dan kaki telanjang, bukan?"

Ekspresi wajahnya begitu lembut sehingga aku merasakan getaran kegembiraan.

Seseorang yang berharga sedang menunggu disana. Aku yakin tentang ini.

"Ini atas tanda terima anda. Terima kasih banyak."

Saat dia mendengarkan suara petugas secara diagonal di belakangnya, Yasuki menghela nafas pendek, "Hah.” Aku tidak tahu berapa kali aku mengalaminya hari ini. Aku tidak tidur nyenyak semalam, dan aku tidak selesai dengan sarapan atau makan siang ku. Untungnya, pelanggan lain di restoran tak memperhatikan, tapi jelas aku tidak bersikap normal hari ini.

Bukan karena aku depresi. Sebenarnya, apa yang akan terjadi selanjutnya adalah peristiwa yang membuat ku lebih dari senang.

Tapi…

(Kenapa aku sangat gugup? ......)

Itu dimulai dengan pesan dari "dia" yang tiba di smartphoneku malam sebelumnya.

Sebelumnya  Daftar isi  Selanjutnya

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar